UMKM  

Daya Saing IKM Wastra Terus Dipacu

Sumber: antaranews.com

Peluang News, Jakarta – Pemerintah terus mendorong peningkatan daya saing industri kecil dan menengah (IKM) dalam negeri di sektor wastra (kain tradisional). Upaya memperbaiki daya saing ini antara lain dilakukan dengan meningkatkan kualitas produk, kapasitas pemilik usaha, kemampuan perajin, serta mendorong penerapan industri ramah lingkungan.

“Di antara komoditas produk wastra adalah kain tenun, yang juga merupakan salah satu komoditas unggulan budaya Indonesia,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kementerian Perindustrian Reni Yanita dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (20/3).

Sebagai bagian dari industri tekstil, komoditas kain tenun memiliki kontribusi besar dalam perekonomian nasional. Kemeperin mencatat, potensi industri tekstil di Indonesia didukung dengan jumlah produsen kain skala kecil yang melebihi dari 300 ribu unit usaha, dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 450 ribu orang.

“Kain tenun sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia juga memiliki peluang pasar yang besar. Ini ditunjukkan dengan nilai ekspor kain tenun ikat pada tahun 2024 yang mencapai nilai US$701,6 juta,” ungkapnya.

Reni mengatakan kain tenun merupakan produk budaya Indonesia yang sudah dikenal akan keindahannya sampai mancanegara dan mampu membawa dampak ekonomi secara substantif. “Karena itu perlu terus kita lestarikan dan kembangkan industrinya bersama seluruh stakeholder terkait,” ujarnya.

Reni mengatakan, pelaku industri kain tenun kerap mengalami tantangan dalam upaya peningkatan kualitas dan inovasi produknya, misalnya keterbatasan terhadap sumber daya seperti bahan pewarna. “Sehingga Ditjen IKMA kini terus mendorong pelaku IKM tenun agar beralih menggunakan pewarna alam,” terangnya.

Bahan pewarna alam tidak hanya sesuai dengan prinsip industri hijau karena ramah lingkungan, tetapi ketersediaannya juga melimpah karena dapat ditemui di alam sekitar sehingga cocok untuk digunakan oleh pelaku IKM.

“Kekayaan alam Indonesia banyak yang dapat dijadikan bahan pewarna alam, misalnya kunyit, kayu nangka, daun mangga, jambu biji, dan lain-lain, jadi sudah sewajarnya kita manfaatkan. Tenun sebagai kekayaan budaya Indonesia, diwarnai dengan bahan dari kekayaan alam Indonesia,” imbuhnya.

Menurut Reni, pewarna alam tidak hanya ekonomis, tetapi juga mampu meningkatkan nilai tambah pada produk tenun. Bahkan, dengan juga didukung oleh preferensi konsumen global saat ini, menjadikannya sebuah peluang yang harus dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing.

“Penggunaan pewarna alam pada produk wastra dapat memberikan corak yang khas dengan warna-warna yang beragam dan menarik. Apalagi saat ini konsumen juga mengalami perubahan selera dan lebih peka terhadap isu lingkungan, sehingga mereka jadi lebih pro terhadap produk-produk sustainable,” papar Reni.

Untuk peningkatan daya saing IKM tentun tersebut, Ditjen IKMA bersama Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) menggelar “Bimbingan Teknis Pewarnaan Alam IKM Tenun di Kalimantan Timur” yang dilaksanakan di Kabupaten Penajam Paser Utara pada tanggal 18 hingga 21 Maret 2025. Bimbingan teknis ini diberikan kepada 20 IKM tenun dari Kabupaten Penajam Paser Utara dengan instruktur dari Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik (BBSPJI Kerajinan dan Batik).

“Komposisi pelaksanaan kegiatan bimbingan teknis ini 80% berupa materi praktik, jadi para peserta dapat langsung menerapkan ilmunya. Tentunya, mereka akan dibekali pengetahuan seputar proses pewarnaan alam pada benang tenun terlebih dahulu,” ujar Direktur IKM Kimia, Sandang, dan Kerajinan, Budi Setiawan.

Menurutnya, bahan-bahan pewarna alam yang digunakan juga berasal dari alam sekitar, dengan begitu para peserta dapat membuat produk Tenun khas Penajam Paser Utara dengan ciri khas tersendiri karena memanfaatkan sumber daya lokal yang ada.

Exit mobile version