Jakarta (Peluang) : Pemerintah berusaha menjaga inflasi hingga akhir tahun 2022 agar tetap berada di bawah 7 persen.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu mengatakan, pemerintah memprediksi laju inflasi berada di kisaran 6,6 persen sampai 6,8 persen pada akhir tahun 2022. Adapun proyeksi ini dipicu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi.
“Kita sudah hitung 1,9 persen dampaknya dari BBM ke inflasi. Kisarannya tahun ini inflasi ada di angka 6,6 persen sampai 6,8 persen,” ujar Febrio di Jakarta, Senin (5/9/2022).
Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan pada Agustus 2022 sebesar 4,69 persen year on year (yoy), turun dari bulan sebelumnya sebesar 4,94 persen (yoy). Ke depan kata Febrio, pemerintah berupaya menjaga tingkat inflasi hingga akhir tahun agar mampu tetap di bawah 7 persen melalui terjaganya distribusi dan harga pangan.
“Sampai akhir 2022, kita berusaha akan tetap menjaga dengan semua kombinasi tadi, yaitu harga pangan dan distribusinya. Sehingga harapannya inflasi bisa di bawah 7 persen pada akhir tahun ini,” pungkasnya.
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Suahasil Nazara menambahkan, kenaikan harga BBM dapat memicu laju inflasi pada September dan Oktober 2022, tetapi secara bulan ke bulan (month to month/mtm), diharapkan di bulan Novemver sudah kembali ke pola normal.
“Jadi biasanya inflasi seperti ini cepat dalam 1-2 bulan naik, kemudian bulan ke 3 mulai normalisasi. Kita akan perhatikan terus bagaimana sampai dengan akhir tahun,” ujar Suahasil.
Ia menyatakan bahwa pemerintah tetap optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2022 akan tetap berada pada kisaran 5,1 persen-5,4 persen. “Kegiatan ekonomi tetap berjalan di daerah-daerah tetap menggeliat di semua sektor. Ini kita perhatikan terus. Kita bayangkan bahwa sampai akhir tahun pertumbuhan ekonomi range antara 5,1 persen-5,4 persen,” pungkasnya.
mengatakan, pemerintah memprediksi laju inflasi berada di kisaran 6,6 persen sampai 6,8 persen pada akhir tahun 2022. Adapun proyeksi ini dipicu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi.
“Kita sudah hitung 1,9 persen dampaknya dari BBM ke inflasi. Kisarannya tahun ini inflasi ada di angka 6,6 persen sampai 6,8 persen,” ujar Febrio di Jakarta, Senin (5/9/2022).
Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan pada Agustus 2022 sebesar 4,69 persen year on year (yoy), turun dari bulan sebelumnya sebesar 4,94 persen (yoy). Ke depan kata Febrio, pemerintah berupaya menjaga tingkat inflasi hingga akhir tahun agar mampu tetap di bawah 7 persen melalui terjaganya distribusi dan harga pangan.
“Sampai akhir 2022, kita berusaha akan tetap menjaga dengan semua kombinasi tadi, yaitu harga pangan dan distribusinya. Sehingga harapannya inflasi bisa di bawah 7 persen pada akhir tahun ini,” pungkasnya.
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Suahasil Nazara menambahkan, kenaikan harga BBM dapat memicu laju inflasi pada September dan Oktober 2022, tetapi secara bulan ke bulan (month to month/mtm), diharapkan di bulan Novemver sudah kembali ke pola normal.
“Jadi biasanya inflasi seperti ini cepat dalam 1-2 bulan naik, kemudian bulan ke 3 mulai normalisasi. Kita akan perhatikan terus bagaimana sampai dengan akhir tahun,” ujar Suahasil.
Ia menyatakan bahwa pemerintah tetap optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2022 akan tetap berada pada kisaran 5,1 persen-5,4 persen. “Kegiatan ekonomi tetap berjalan di daerah-daerah tetap menggeliat di semua sektor. Ini kita perhatikan terus. Kita bayangkan bahwa sampai akhir tahun pertumbuhan ekonomi range antara 5,1 persen-5,4 persen,” pungkasnya. (S1).