hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Pemerintah Pacu Nilai Tambah Perkebunan

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.

PeluangNews, Jakarta-Kementerian Pertanian (Kementan) merangkul petani, pelaku usaha perkebunan, hingga industri pengolahan untuk mempercepat hilirisasi sektor perkebunan. Melalui Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementan telah menetapkan peta jalan hilirisasi 2025–2027 yang berfokus pada peningkatan produksi, produktivitas, nilai tambah, dan daya saing komoditas strategis nasional.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman langsung bergerak menindaklanjuti arahan Presiden RI Prabowo Subianto. “Kami ingin petani mendapatkan nilai tambah dari hasil perkebunan mereka,” tegas Amran saat mengumpulkan petani dan pelaku usaha perkebunan,beberapa waktu lalu.

Ia menjelaskan strategi hilirisasi perkebunan mencakup diversifikasi produk, penguatan kemitraan, perluasan akses pasar, diplomasi perdagangan internasional, sertifikasi, serta peningkatan mutu dan keamanan pangan. “Pupuk sudah oke, kredit dapat diakses, subsidi bibit disediakan. Perintah Bapak Presiden jelas, tingkatkan kesejahteraan petani khususnya pekebun tebu, kakao, kelapa, kopi, jambu mete, pala, dan lada. Petani tidak boleh lagi hanya menjual bahan mentah. Kita dorong industri di dalam negeri untuk menyerap hasil perkebunan sehingga nilai tambahnya tinggal di Indonesia,” ujarnya, Minggu (13/7).

Sekretaris Jenderal Kementan, Ali Jamil, menambahkan bahwa pihaknya telah mengusulkan Anggaran Biaya Tambahan (ABT) untuk 2025–2027 guna mendukung hilirisasi. “Anggaran ini akan difokuskan pada sarana dan prasarana produksi di hulu untuk memastikan ketersediaan bahan baku dan agar rantai pasok perkebunan semakin efisien,” jelasnya.

Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, Abdul Roni Angkat, menegaskan program hilirisasi akan difokuskan pada komoditas unggulan. “Kita ingin hilirisasi benar-benar dirasakan manfaatnya oleh petani, industri, dan pasar global,” katanya.

Dukungan juga datang dari industri pengolahan. Direktur Utama PTPN 1 menyatakan, “Kami memastikan kesiapan pabrik pengolahan modern untuk menyerap hasil perkebunan dalam negeri, termasuk melalui pembangunan dan revitalisasi fasilitas produksi.”

Untuk mencapai target ekspor ratusan triliun rupiah pada 2029, Kementan menyiapkan berbagai langkah. Di antaranya pengembangan kawasan, benih unggul, pupuk, penerapan Good Handling Practices (GHP) dan Good Manufacturing Practices (GMP), hingga revisi regulasi seperti Permentan Nomor 50/2015 tentang benih perkebunan, penetapan pupuk ZA bersubsidi untuk tebu, dan penyempurnaan aturan Kredit Usaha Rakyat (KUR) khusus tebu.

Kementan optimistis strategi ini akan memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen dan pengekspor utama produk perkebunan dunia, mengurangi ketergantungan impor, dan tentu saja meningkatkan kesejahteraan petani.

pasang iklan di sini