YOGYAKARTA—-Semakin maraknya penggunaan kedelai impor untuk bahan baku pembuatan tempe dan tahu mendesak keberadaan kedelai lokal. Untuk itu perlu ada terobosan bagi petani lokal untuk menciptakan pasarnya sendiri.
Penjabat Sekda DIY Arofa Noor Indriani mengatakan, terobosan itu antara lain pengembangan program kemitraan antara petani dengan industri.
“Konsumen menggunakan kedelai impor karena selain ketersediaan kedelai lokal belum mencukupi, selain harga kedelai impor lebih murah,” ungkap Arofa saat membuka acara FGD tentang Kebijakan Pemenuhan Kebutuhan Kedelai Lokal, Rabu (23/9/19) di Lotus Ballroom ,Hotel Grand Aston, Yogyakarta.
Lanjut dia, di sisi lain kualitas kedelai lokal lebih baik dari kedelai impor. Untuk itu, katanya pemeirntah perlu membangun kembali minat konsumen pada penggunaan kedelai lokal.
Pemerintah mensinkronkan pengembangan produksi kedelai dengan kebutuhan pengguna, sekaligus menjalin model kemitraan antara petani dengan industri pengguna untuk memastikan pasar kedelai lokal.
Sementara Asisten Deputi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian RI, Darto mengatakan pentingnya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian terhadap sebuah kebijakan pangan, khususnya terkait Kedelai.
Undang-Undang Pangan No.18 Tahun 2012 menyatakan, kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai ditingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.
“Perlu koordinasi yang baik antara Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah, para pemangku kepentingan, serta para petani untuk terciptanya stabilisasi harga pangan khususnya pada saat menghadapi lebaran, HBKN, Natal dan Tahun Baru,” ujar Darto.
Beberapa waktu lalu Asisten Deputi Pangan dan Pertanian Kemenko Bidang Perekonomian Darto Wahab pernah mengemukakan kebutuhan konsumsi kedelai terbilang cukup tinggi, mencapai 4,4 juta ton.
Sementara itu, produksi dalam negeri yang tak memadai membuat Indonesia harus mengimpor guna memenuhi kebutuhan. Kedelai impor bisa dijual dengan harga Rp4.800 per kilogram, sedangkan kedelai lokal senilai Rp6.800 per kilogram.