Sebut saja Aremania, Bobotoh Persib, The Jakmania, dan Bonekmania. Itulah empat kelompok suporter klub sepakbola Tanah Air yang secara tradisional memiliki relasi yang panas, bahkan ganas.
SEBAGAI pemain ke-12, suporter alias penggembira atau juru sorak juga menjadi penggerak roda ekonomi bagi tim. Dukungan dana dari Pemda yang disetop membuat klub sepak bola Indonesia mengandalkan income dari tiket dan sponsor. Tanpa dukungan dan kehadiran suporter, pertandingan sepak bola terasa hambar. Serunya adu chants hingga lagu-lagu kreatif pembangkit semangat menjadi bukti. Satu hal, Aremania, Bobotoh Persib, The Jakmania, dan Bonek Mania merupakan empat kelompok suporter dengan relasi tradisional yang panas, bahkan ganas.
Bobotoh Bobotoh (Sunda) adalah orang yang meniupkan semangat kepada orang yang hendak berkelahi (atau binatang yang akan diadu), suporter”. Bobotoh Persib tersebar sampai ke luar negeri. Maka tak mengherankan jika Maung Bandung menjadi tim dengan jumlah followers terbanyak di media sosial.
Persib berawal dari BIVB (Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond) di Bandung pada 1923. Sejak mengikuti kompetisi Perserikatan, 1933, istilah Bobotoh sudah dipakai. BIVB meredup, diikuti kemuculan PSIB (Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung) dan National Voetball Bond (NVB), keduanya lalu menyatu dengan nama Persib.
Sedikitnya, ada lima kelompok besar Bobotoh yang eksis dalam mendukung Persib. Yaitu Viking Persib Club (VPC), The Bomber (Bobotoh Maung Bandung Bersatu), La Curva Pasundan (LCP), Flowers City Casuals (FCC) dan TS1 Crew. Setiap kelompok memiliki ciri khasnya melalui gaya busana ataupun nyanyian.
The Jakmania berdiri di era Ligina IV, 1997. Markas dan sekretariatnya di Stadion Lebak Bulus. Ide terbentuknya The Jakmania muncul dari Rasyid Ali, manager Persija saat itu, didukung penuh Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso. Sebagai salah satu tim tersukses di kompetisi, peran The Jakmania sangat besar. Sebelum seperti sekarang, Persija minim dukungan. Soalnya, kebanyakan pendatang di Jakarta lebih mendukung tim daerahnya ketimbang Persija. Belakangan, Jakmania memecahkan rekor penonton di fase grup Piala AFC 2018 tatkala menjamu Tampines Rovers. Saat itu, 49.056 The Jakmania memadati Stadion Utama GBK.
Aremania muncul sebagai solusi geng-geng pemuda di Kota Malang. Saat Arema berdiri, 1987, tim Singo Edan belum memiliki kelompok suporter terintegrasi. Hingga medio 1994-97, tiap kelompok membawa identitas sendiri. Meski Arema mengalami dualisme, dukungan dari Aremania tak surut. Terbukti Arema mencatat rekor penonton terbanyak dalam satu dekade (2009-19) dan penonton terbanyak dalam satu musim (512.876 orang) pada ISL 2009-10. Aremania termasuk suporter paling loyal di Indonesia. Mereka hadir tak cuma dalam tanding home, tapi juga away. Bonekmania dicetuskan pada 1988, kala ribuan suporter Persebaya Surabaya berbondong-bondong ke Jakarta menyaksikan final Divisi Utama 1987-88. Berbekal biaya seadanya, penggembira Persebaya menyambangi Jakarta dengan modal nekat (bondho nekat). Bonekmania kerap mendapat stigma buruk karena ulah oknum yang tak bertanggung jawab di masa lalu. Jargon mereka sekarang: “Wani!”. Bonek merupakan suporter pertama di Indonesia yang menradisikan away supporters..
SMeCK Hooligan. PSMS Medan memiliki beberapa kelompok suporter, yang tertua adalah Kampak FC (Kesatuan Anak Medan Pecinta Ayam Kinantan-Fans Club), berdiri 17 Januari 2001. Suporter PSMS Medan sebelum era KAMPAK FC pernah menciptakan rekor penonton dalam pertandingan sepak bola pada final Perserikatan 1985 (vs. Persib Bandung) yang ditonton 150 ribu di Stadion Utama Senayan padahal kapasitasnya 120 ribu. IstilahSuporter Medan Cinta Kinantan Fans Club (SMeCK) lahir 30 September 2003 sebagai pemersatu, belakangan berganti menjadi SMeCK Mania, lalu SMeCK Hooligan.
The Maczman, suporter PSM Makassar. Ini klub tertua di Indonesia, tapi kelompok suporternya relatif terintegrasi barulah belakangan ini. The Maczman lahir 1 Februari 2001 diinisiasi mantan kiper PSM Makassar, Hendro Kartiko. Seperti suporter klub lain, fanatisme suporter PSM tetap terlihat saat timnya lakukan laga tandang.
Pusamania, pendukung kesebelasan Persisam Putra Samarinda, Kalimantan Timur. Warna kebanggaan Pusamania adalah jingga, sejak 1994/95. PS Putra Mahakam, yaitu PS Putra mahakam berubah nama menjadi PS Putra Samarinda. Terbentuk pada 1994, Pusamania menjadi salah satu kelompok suporter paling tua di Indonesia. Diawali Bermarkas di Stadion Segiri, kini Pusamania masih eksis dan memberi dukungan kepada Borneo FC.
Panser Biru, suporter PSIS Semarang. Organisasi suporter atraktif pertama di Semarang bernama Panser Biru terbentuk setalah tragedi Manahan, yang makan korban secara fisik tetapi juga secara psikis karena terdegradasinya PSIS ke Divisi 1.
The Macz Man, suporter PSM Makasar). Sebagai klub tertua di Indonesia, wajar jika PSM Makassar memiliki pendukung fanatik. PSM yang juga dijuluki Ayam Jantan Dari Timur memiliki sekitar 24 kelompok suporter, dan yang terbesar diantaranya adalah The Macz Man. PSM Makassar merupakan salah satu tim terkuat di Indonesia dan telah dua kali mewakili Indonesia dalam Liga Champions Asia
Pasoepati. Lahirnya kelompok Pasukan Soeporter Sejati Pelita (Pasoepati) tidak terlepas dari kehadiran klub Pelita Jaya yang pernah bermarkas di Solo pada 2000, sebelum hijrah ke stadion Lebak Bulus Jakarta. Menjelang era tersebut, Solo sudah memiliki klub sepak bola bernama Persis dan Arseto (bubar pada 1998). Klub ini memiliki Stadion Manahan yang merupakan salah satu stadion termegah di Indonesia.
Brigata Curva Sud (BCS), suporter PSS Sleman. Koreografi dan dukungan fanatik BCS bahkan kerap menuai pujian dari media asing. BCS juga aktif menyuarakan pendapat. Meski terhitung baru karena berdiri tahun 2010, BCS sudah menunjukkan eksistensi dan peranan dalam persepakbolaan Indonesia
The Commandos. Surutnya gairah sepak bola di Jakarta membuat Pelita Jaya yang bermarkas di Stadion Sanggraha Lebak Bulus kesulitan mencari pendukung. Di awal berdirinya The Commandos, mantan pemain Pelita Jaya, Bambang Nurdiansyah, ditunjuk sebagai pengurus. Krismon pada 1998 membuat pamor Pelita Jaya meredup. Klub milik Bakrie ini beberapa kali ganti nama, sebelum menjadi Madura United. Kisah The Commandos pun tamat seiring kepindahan markas mereka.
Ultras Mania. Gresik pernah punya klub Petrokimia yang menjadi runner-up Liga Indonesia 1994-95, dan juara pada 2002. Pada Liga Indonesia 1994-19, Gresik punya dua wakil di kasta teratas, Petrokimia dan Persegres. Ultras Mania Gresik berperan ketika Petrokimia terancam tak ambil bagian pada Liga Indonesia 2006. Suporter yang kecewa mendesak DPRD Gresik menyelamatkan tim ini. Pada Desember 2005 Petrokimia merger dengan Persegres menjadi Gresik United.
Suporter Persipura. Tim paling timur di Liga Indonesia, Persipura Jayapura, punya suporter yang tersebar di seantero Indonesia. Persipura kerap menjadi tim musafir dengan berpindah markas. Dari Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, ke Stadion Klabat, Manado, dan ke Stadion Maguwoharjo, Sleman. Suporter Persipura kerap menampakkan diri di stadion tempat tim Mutiara Hitam bermain, meski jumlah mereka segelintir.●(M Fauzian)