JAKARTA—–Pertumbuhan jumlah penonton film Indonesia dalam tiga tahun terakhir ini menunjukan prospek yang bagus. Pada 2016 jumlah penonton Indonesia hanya 34,5 juta namun pada 2017 menjadi 42,7 juta atau bertambah lebih dari 20 persen.
Jumlah ini meningkat lagi menembus 50 juta pada 2018 dengan prosentase pertumbuhan sama. Kalau pertumbuhan ini stabiil, maka diprediksi pada 2019 tembus 60 juta penonton.
Menurut praktisi film sekaligus pemilik Visinema Pictures Angga Dwimas Sasongko jumlah itu masih bisa meningkat, karena industri film Indonesia belum mencapai puncaknya. Korea Selatan misalnya mempunyai 50 dari populasi merupakan penonton film dan Indonesia dengan penduduk 260 juta, belum mencapai seperempat dari populasi.
Film Dilan 1990 yang menjadi box office 2018 dengan 6,3 juta revenue-nya mencapai 392 juta dollar AS setara dengan sekitar Rp 6-7 triliunan. Sementara gross domestik-nya menembus 20 juta dollar AS. Prestasi ini mendekati Avengers sekitar 25 juta dollar AS.
“Saya yakin Indonesia mampu mengalahkan Tiongkok yang screen per kapitanya mencapai 1,8 per 100.000 orang, beda 1,4 poin dengan Indonesia sebesar 0,4 per 100.000 orang. Tiongkok dalam 10 tahun terakhir melewati market Amerika Utara. Indonesia punya potensi seperti itu dengan total 260 juta jiwa, kita bisa punya pasar lokal yang kuat. Saat ini Industri film Indonesia masih dalam tahap startup, ” ungkap dia dalam acara konferensi pers “Road to Akatara Indonesia Film Business & Market” yang digelar Badan Ekonomi kreatif Indonesia di Jakarta, Selasa (9/7).
Menurut Angga forum “Road to Akatara Indonesia Film Bussiness & Market” yang digelar pada 19 hingga 22 September mendatang menjadi kesempatan bagi sineas untuk menggandeng investor.
Perhelatan Ketiga
Pada kesempatan yang sama Deputi Akses Permodalan Bekraf, Fadjar Hutomo mengatakan perhelatan ini yang ketiga kalinya. , Selasa (9/7/2019). Akatara akan fokus menguatkan badan usaha berupa “film company startup“.
Pada 2019 ini Akatara menghadirkan peserta 61 proyek terfasilitasi dari 122 orang, lebih banyak dari tahun lalu yang hanya melibatkan 55 proyek dari 110 orang. Dari segi investor, akan ada 40 sumber pendanaan yang hadir dalam rangkaian acara pitching forum dan speed dating.
“Lewat forum ini, kami ingin bangun ekosistem karena tanpa itu, industrinya sulit untuk sustain. Tanpa adanya ekosistem, hanya jadi tren,” kata Fadjar.
Kegiatan ini dapat dikatakan ajang perjodohan pembuat film Tanah Air dengan pemilik modal yang kini berkembang menjadi market forum. Dalam kegiatan itu akan ada 100 booth.
Pada 2019 kegiatan Akatara diselenggarakan bersama dengan forum “Asia Content Business Summit (ACBS)” yang akan dihadiri oleh 15 negara. Forum itu merupakan perhelatan strategis karena dapat meningkatkan kualitas konten dan sumber daya manusia agar kian mampu bersaing di kancah global (Irvan Sjafari).