JAKARTA—Setiawan (36 tahun) tidak menyangka bahwa budi daya ikan cupang yang dilakukannya sejak 2018 dengan brand Betta Speed di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan ternyata mendapatkan animo tinggi. Yang datang tidak saja dari Jakarta, tetapi juga dari Bogor untuk belajar dan akhirnya malah jadi pelaku budi daya ikan cupang hias.
“Kalau saya hanya sampingan, karena masih kerja di kantor. Paling tinggi hanya dapat Rp5 juta per bulan. Tapi kalau teman sesama pelaku yang saya ikuti di komunitas bisa beli mobil bahkan rumah dengan budi daya ikan cupang,” ujar Setiawan ketika dihubungi Peluang, Kamis (10/6/21).
Sepasang ikan cupang di Betta Speed dijual antara Rp80 ribu hingga Rp150 ribu, bahkan pernah mencapai Rp1,25 juta. Namun di luar sana menurut Setiawan, harganya bisa jutaan. Bahkan ada lelang secara daring live untuk ikan cupang.
Sampai saat ini Setiawan menampik melakukan ekspor. Namun dia membenarkan di komunitasnya ada yang bisa ekspor.
“Yang sulit perizinannya. Biasanya mereka yang ingin ekspor melalui perentara yang mengurus peizinan dan biasanya pemain ikan cupang juga,” tambahnya.
Budi daya ikan cupang semakin banyak diminati masyarakat di masa pandemi. Tak hanya mempunyai nilai ekonomis, keindahan dan variasi warna pada ikan hias tersebut juga diyakini bisa meredakan stres bagi orang yang melihatnya.
Dengan berkembangnya tren budi daya ikan cupang, tak sedikit pula pembudidaya ikan cupang yang berhasil mengembangkan usahanya hingga ke mancanegara.
Talkshow
Sementara Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (Sudin KPKP) Jakarta Utara menggelar sebuah talkshow bertema ‘Ikan Cupang Jakarta Utara Go Internasional’ secara daring, Kamis (10/6/21), yang diikuti sekitar 130 peserta.
Sekretaris Kota (Sekko) Jakarta Utara, Suroto menyampaikan, budi daya ikan cupang menjadi salah satu solusi yang bisa dilakukan masyarakat untuk menambah penghasilan di masa pandemi sekaligus bisa menumbuhkan wirausaha baru di Jakarta Utara.
“Ikan cupang menjadi satu ikan hias yang dikenal masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Meski kondisi pandemi ternyata komunitas pembudidaya ikan cupang tetap eksis dan beberapa kali mengadakan kontes,” tutur Suroto.
Pada kesempatan itu Kepala Sudin KPKP Jakarta Utara, Unang Rustanto mengungkapkan, hingga kini tercatat sebanyak 25 binaan dengan anggota masing-masing sekitar 10-12 yang tersebar di Jakarta Utara.
Potensi pengembangan ikan cupang sangat terbuka karena dapat dilakukan di lahan kecil dan sesuai dengan kondisi iklim di Jakarta Utara.
“Ikan cupang merupakan salah satu ikan hias yang pemeliharaannya tidak perlu lahan luas. Ikannya juga unik dan cantik sehingga banyak diminati masyarakat,” tuturnya.
Menurut Unangperkembangan budi daya ikan cupang sangat luar biasa di masa pandemi Covid-19 ini. Masyarakat bisa melakukannya di rumah dan untuk jual-belinya bisa dilakukan secara daring. Oleh karena itu, talkshow ini diadakan dengan harapan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pengembangan usaha budi daya ikan cupang.
Dalam talkshow tersebut dipaparkan materi terkait prosedur dan regulasi karantina hewan untuk keperluan ekspor. Materi ini dipaparkan oleh Pengendali Hama dan Penyakit Ikan Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kementerian KKP, Sari Edi.
Perlu Jembatan
Sementara Ketua Imperial Betta Farm Kecamatan Cilincing, Jimi Candra, yang berbagi pengalamannya sebagai pembudidaya ikan hias di Jakarta Utara.
“Kami pembudidaya ikan cupang khususnya di Jakarta Utara berharap bisa dijembatani untuk melakukan ekspor dan mencapai pasar luar negeri,” ucap Jimi.
Dalam kesempatan yang sama, hadir pula pemilik Jotya Betta Gallery (JBG) atau JBG Transhipping Service sekaligus Direktur PT Akuatik Flona Nusantara Kreasi (NUSATIC), Joty Atmadjaja, yang membagikan pengalamannya sebagai eksportir ikan cupang.
Joty yang juga juri kontes ikan cupang kelas internasional ini mengungkapkan, selama 20 tahun ini dirinya sudah membudidayakan ikan cupang hingga dipasarkan ke mancanegara.
“Perkembangan budi daya ikan cupang yang pesat membutuhkan orang-orang yang bisa melakukan penjualan sampai ke luar negeri. Sekarang eranya semua orang punya gadget dan ini bisa dimanfaatkan untuk berjualan ikan cupang hingga ke mancanegara,” ungkap Joty.
Ia mengungkapkan, ekspor ikan cupang dari Indonesia menduduki peringkat lima besar di dunia. Hal ini dipengaruhi juga faktor banyaknya ragam dan jenis ikan cupang yang ada di Indonesia.
Menurut data, sejak 2012-2019 ekspor ikan hias mengalami peningkatan signifikan dari 21 Juta dolar AS menjadi 33 juta dolar AS.
Negara-negara tujuan ekspor ikan hias Indonesia diantaranya menuju ke Tiongkok, Amerika, Jepang, UK, Singapura, Hongkong, Taiwan, Korea, Australia dan berbagai negara lain.
Slamet juga mencontohkan beberapa ikan hias seperti ikan cupang, guppy dan koi merupakan beberapa jenis ikan hias yang menanjak penjualannya selama masa pandemi, bahkan bisa memberikan keuntungan fantastis (Van).