JAKARTA-—Sulistiawati dan empat rekannya memetik hasil jeri payahnya sebagai pegiat urban farming atau pertanian perkotaan. Warga Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat memanen 12 kilogram bayam dari dua lokasi berbeda yakni Kelurahan Meruya Selatan dan Kembangan Utara.
Mereka telah mempraktikan urban farming sejak Desember 2019, setelah mendapatkan pelatihan dan sarana tanam dari Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (Sudin KPKP) Jakarta Barat. Mereka membuktikan bahwa pandemi Covid-19 tidak menghalangi kreativitas.
“Ini panen yang keempat dan berhasil memanen tujuh kilogram bayam. Selanjutnya bayam dijual kepada warga,” ujar Sulistiawati, Senin (11/5/20).
Menurutnya, hasil penjualan tersebut digunakan kembali untuk membeli bibit dan nutrisi. Dirinya lebih sering menanam kangkung dan bayam, sebab lebih mudah dan bisa dipanen dalam waktu 21-22 hari. Tak hanya itu, hasilnyanya bagus dan sehat, sebab tidak menggunakan pestisida.
“Target kami panen ke-10, bisa menambah media tanamnya. Saat ini baru bisa untuk 72 net pot,” ucap Sulistiawati seperti dilansir Beritajakarta.
Sementara Kepala Sudin KPKP Jakarta Barat, Iwan Indriyanto mengatakan, selain di Meruya Selatan, panen bayam juga dilakukan oleh pegiat urban farming di Kelurahan Kembangan Utara, sebanyak lima kilogram.
Iwan berharap, masyarakat tetap semangat untuk budi daya tanaman hidroponik untuk memenuhi kebutuhan sayur mayur di tengah masyarakat. Terlebih, tanaman hidroponik dikenal dengan kualitas yang bagus dan sehat karena tidak menggunakan pestisida sehingga aman untuk dikonsumsi.
“Saya berharap tetap semangat dan dilanjutkan agar bisa memenuhi kebutuhan, minimal skala rumah tangga. Kami juga akan terus melakukan monitoring,” ujar dia.
Selain warga Kembangan, pegiat urban farming di RW 05 Kelurahan Malaka Sari, Duren Sawit, Jakarta Timur “merayakan” panen sebanyak 40 kilogram sayur mayur dari lokasi urban farming tersebut.
Ketua Kelompok Pengelola Gang Hijau RW 05 Malaka Sari, Haryati menuturkan, warga memanfaatkan lahan seluas 200 meter persegi untuk program pertanian perkotaan.
Sebelumnya lahan digunakan sebagai tempat pembuangan sampah liar dan penampungan barang bekas. Namun, oleh pengurus RW kini dijadikan area bercocok tanam baik jenis sayur mayur maupun tanaman hias.
“Pekan lalu kami juga memanen anggur merah, labu madu dan terung,” tandas Haryati.
Sementara Suku Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian (Sudin KPKP) Jakarta Selatan telah memanen 315,5 kilogram tanaman hidroponik di 17 lokasi urban farming di wilayahnya selama periode 29 April hingga 8 Mei 2020.
Begitu juga pegiat urban farming di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Bintaro, Jakarta Selatan juga mampu memanen 20 kilogram sayuran dari beragam jenis pada minggu pertama Mei.