octa vaganza

Payless ShoeSource, Tiarap Kali Kedua

FEBRUARI 2019, retailer sepatu Payless ShoeSource menutup semua gerainya di Amerika Serikat dan Kanada. Sebanyak 2.500 toko di AS berhenti beroperasi sejak Maret 2019. Payless terlilit utang sekitar US$470 juta (Rp6,6 triliun). Dua tahun menjelang, April 2017, Payless pertama kali  mengajukan pailit; menutup hampir 700 toko dan utang US$435 juta. Akibatnya, 16 ribu pegawai dari ritel sepatu yang telah berbisnis selama 63 tahun kehilangan pekerjaan.

Bangkrutnya Payless di kandang mereka tak serta merta membuat Payless Indonesia gulung tikar. Hal yang agak mengganggu adalah pengiriman. Sebab, seluruh head office berasal dari AS. Payless Indonesia telah mencapai kenaikan double digit atau 24 persen dalam 9 bulan terakhir.

Ketika bangkrut yang pertama, ritel sepatu legendaris  itu sempat bangkit. Kali ini, untuk kedua kalinya. mereka akan benar-benar mengucapkan sayonara (24/2). Penutupan ritel dimulai dari Maret hingga akhir Mei 2019. Selain memiliki terlalu banyak utang, Payless juga mengalami sejumlah masalah operasional, seperti sistem komputer yang tiba-tiba rusak saat diskon back-to-school tahun lalu. Perusahaan terpaksa memotong harga besar-besaran.

Payless bahkan tidak yakin bisa membayar pesangon untuk karyawan yang telah diberhentikan. Meski begitu, Payless tetap akan membuka 420 toko di 20 negara, terutama di Amerika Latin, US Virgin Islands, Guam dan Saipan. Namun, toko utama di Amerika Utara kini tinggal cerita. Untungnya, bisnis persepatuan lumayan sehat. Kebangkrutan ini tidak membawa dampak yang begitu buruk bagi para ter-PHK. Berdasarkan data Departemen Ketenagakerjaan, hanya 4,3 persen yang belum mendapatkan pekerjaan setelah penutupan ritel.●(dd)

Exit mobile version