hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Pasokan Rendang Minang di Kancah Pasar Global

Warung makan Rajo-rajo itu memasak randang—yang secara umum lebih dikenal dengan rendang, menggunakan cara tradisional untuk menjaga rasa otentik dari masa lalu. Rendang diketahui telah ada di Sumatera Barat sebelum Islam masuk, sebelum abad VIII.  Pada masa Hindia Belanda, rendang sering dibawa jamaah haji karena bisa bertahan lama saat menggunakan kapal laut berminggu-minggu. Tahun 90-an sempat dilarang, tapi kebijakan itu tak berjalan lama.

Belakangan rendang bangkit mendiversifikasi diri. Selain menggunakan bahan utama daging sapi, mulai muncul rendang daging ikan, belut, ayam, lokan, bahkan rendang berbahan sayuran seperti pakis dan jengkol. Sebagai teman daging, rendang juga disajikan dengan kentang kecil atau potongan ubi kayu yang renyah. Ini opsi untuk konsumen yang tidak mau melulu daging dan bumbu.

Warung makan itu juga menjual varian daging seperti paru, hati, ikan tuna, telur, dan ikan rinuak dengan harga Rp340 ribu per kilogram. Meskipun baru dapat memproduksi rendang 30 kg/hari untuk memenuhi kebutuhan lokal, rendang khas Minang itu sudah banyak dibawa wisatawan hingga ke mancanegara.

Guna mendukung para industri kecil menengah (IKM), pemerintah kota Padang membangun gedung sentra rendang. Inilah tempat produksi, pengemasan, pemasaran dan pelatihan pada 2022. Pelaku usaha yang terseleksi dapat menggunakan fasilitas gedung untuk memproduksi rendang dengan standar kualitas ekspor. Khususnya terkait sterilisasi dan tahan lama. Wajah jika pada 2022 beberapa UMKM sudah mampu mengekspornya ke Jepang, Amerika Serikat, Australia, dan Uni Emirat Arab melalui perantara pihak kedua. Pelaku UMKM lain juga sudah mengirim rendang ke Selandia Baru melalui pihak ketiga.

Data Himpunan Pengusaha Randang Minangkabau mencatat, pelaku usaha kuliner khususnya rendang siap mengekspor makanan itu ke banyak negara, termasuk permintaan khusus dari Arab Saudi. Hanya saja, harga daging sapi di negara tujuan lebih murah. Sehingga, konsumen di Timur Tengah memilih membeli bumbu rendang saja.

Ekspor rendang berdampak positif terhadap sektor lain terutama pertanian dan peternakan seperti daging sapi, cabai merah, santan kelapa, kayu manis, bawang merah, kunyit dan lainnya. Tren permintaan bumbu rendang terus meningkat signifikan. Beberapa waktu lalu, salah satu pelaku UMKM asal Sumbar mengekspor satu ton bumbu rendang ke Eropa.●(M Iqbal)

pasang iklan di sini