Pandemi yang berangsur menjadi endemi menjadi momentum untuk bergairahnya kembali sektor pariwisata. Apalagi di wisata halal, kini Indonesia berada di posisi kedua dunia.
Industri pariwisata nasional kembali sumringah menyusul pembukaan kembali perbatasan antarnegara dan kebijakan pelonggaran mobilitas individu seiring dengan melandainya pandemi. Penurunan risiko kesehatan ini memberikan harapan besar bangkitnya sektor pariwisata Indonesia setelah dua tahun dihantam badai Covid-19.
Dalam laporan Global Economic Impact & Trends (2021) yang dirilis oleh World Travel & Tourism Council, pariwisata Indonesia termasuk yang paling terdampak pandemi. Hal ini terlihat dari anjloknya kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang melancong ke Nusantara.
Namun kini situasinya berangsur membaik. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jumlah kunjungan wisman yang datang ke dalam negeri sebesar 40,8 ribu per Maret 2022 atau meningkat sebesar 206,25% secara tahunan. Secara kumulatif, pada periode Januari-Maret 2022, jumlah wisman yang mendarat di Indonesia sebanyak 74.383 orang.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memanfaatlan momentum pemulihan ekonomi yang berlanjut ini dengan lebih mengedepankan aspek kualitas di atas kuantitas di sektor pariwisata.
Quality tourism, atau pariwisata berkualitas, diindikasikan dengan pengeluaran wisman yang lebih besar. Salah satu contoh terbaik pariwisata berkualitas adalah Australia. Secara jumlah, kunjungan wisman ke negara Kanguru itu tak sampai 12 juta pada 2019, atau kalah dibandingkan dengan Indonesia, yang didatangi sebanyak 16,11 juta wisman. Namun demikian, dari sisi pengeluaran atau belanja, wisman di Australia lebih royal belanja empat kali lipat daripada wisman yang datang ke Indonesia.
Sementara pelaku pariwisata seperti Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) menunjukan optimisme bahwa sektor pariwisata akan segera bangkit seiring dengan menurunnya kasus aktif Covid-19. Untuk menangkap peluang pertumbuhan tersebut, ASITA akan fokus pada digitaliasi.
ASITA akan menggerakan seluruh anggotanya mulai dari Sumatera hingga Indonesia Timur untuk membuat paket unggulan wisata. Nantinya, paket unggulan ini akan disatukan di marketplace yang sedang disiapkan.
Hal senada diungkapkan oleh Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI, Hariyadi Sukamdani yang menyampaikan bahwa seiring dengan tanda-tanda pandemi menjadi endemi, pariwisata akan kembali bergairah. Oleh karenanya, fokus utama pelaku usaha di sektor pariwisata adalah agar dapat menciptakan pasar-pasar baru.
Selain itu, membangkitkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif melalui kolaborasi dengan berbagai pihak terkait seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah, asosiasi pariwisata, BUMN hingga pihak swasta.
“Kami meyakini bahwa di 2022 adalah momentum yang sangat baik karena sebagaimana kita ketahui tren Covid-19 telah menunjukkan tanda-tanda menuju endemik atau menjadi suatu virus yang biasa terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari,” katanya.
PHRI juga melihat tanda-tanda yang sama di beberapa negara yang telah membuka dan melonggarkan protokol kesehatannya. Untuk itu, PHRI berharap dukungan dan kolaborasi dari Kemenparekraf untuk kebangkitan sektor pariwisata nasional.
Wisata Halal Indonesia Peringkat Ke-2 Dunia
Selain meningkatnya jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pada tiga bulan pertama 2022, sektor pariwasata mendapatkan momentum yang baik, khususnya wisata halal. Dalam ajang The Global Travel Muslim Index (GMTI) 2022, pariwisata Indonesia menduduki peringkat kedua, atau naik dua peringkat dari tahun sebelumnya di posisi keempat.
Posisi Indonesia mengalahkan posisi Arab Saudi di peringkat ketiga, Turki posisi keempat, dan Uni Emirates Arab di posisi kelima. Sementara posisi pertama ditempati oleh Malaysia. Perbaikan peringkat di daftar wisata halal global ini memberikan citra yang positifi bagi pariwisata nasional pada masa mendatang.
Sekadar informasi, pada 2019 lalu umat Islam di seluruh dunia menghabiskan total sebesar 2,02 triliun dolar AS untuk belanja makanan, kosmetik farmasi, fesyen, travel, dan rekreasi. Pasar muslim global diperkirakan akan tumbuh hingga 2,4 triliun dolar AS pada 2024. Pengeluaran terbesar bagi konsumen muslim adalah pada makanan dan minuman halal.
Menparekraf Sandiaga Uno yang hadir dalam acara tersebut mengatakan, Indonesia memiliki potensi wisata halal yang besar. Ia juga berharap pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dapat membuka lapangan kerja yang lebih luas dan berdampak terhadap perekonomian.
“Kita harus menciptakan peluang-peluang usaha berbasis halal tourism. Ada beberapa destinasi (wisata) yang kita unggulkan seperti Aceh, Sumatra Barat, Jawa Barat, Lombok, dan Kalimantan Selatan sebagai destinasi unggulan,” kata Sandiaga Uno.
Wisata halal disini adalah memberikan layanan tambahan yang terkait dengan fasilitas, turis, atraksi, dan aksesibilitas untuk memenuhi pengalaman dan kebutuhan para wisatawan muslim. Layanan tambahan tersebut di antaranya, jasa akomodasi dan transportasi, penyediaan makanan halal, wisata halal paket, dan keuangan halal.
Kebangkitan kembali pariwisata dapat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi dan pembukaan lapangan kerja. Oleh karenanya, diperlukan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan dan pemerintah agar pertumbuhan sektor pariwisata ini dapat lebih berkualitas dan berkelanjutan. (Kur).