JAKARTA—Saat ini banyak petani yang belum memahami bagaimana budi daya cabai. Usahanya masih bersifat tradisional, sehingga kerap gagal panen seperti yang terjadi pada awal 2021 ini.
Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), Abdul Hamid mengatakan, banyak petani yang tanam cabai hanya mengikuti tetangga atau meneruskan dari orangtuanya,bahkan ada yang hanya dari media sosial.
Hal ini menjadi salah satu faktor mengapa tingkat kegagalan panen cabai tahun ini panen cukup tinggi, hampir mencapai 50 persen. Faktor utamanya adalah terserang virus kuning yang mencapai 42 persen dan 16 persen akibat penyakit. Masalah ini setiap tahun berulang.
Hamid berharap, pemerintah tidak hanya memberikan bantuan pupuk dan benih kepada petani, tidak sebatas memberikan bantuan sarana produksi, petani harus diberikan pendampingan dan bimbingan setelah mendapat bantuan.
“Pendampingan harus secara intens. Tidak hanya 2-3 bulan, tapi 2-3 tahun,” ujar Hamid dalam FGD Rahasia Sukses Budidaya dan Mengolah Cabai yang diselanggarakan Tabloid Sinar Tani di Jakarta, Rabu (24/3/21).
Dikatakannya, petani harus banyak mengetahui bagaimana, mengenali jenis dan kesuburan tanah, termasuk pH tanah; cara pemberian kapur untuk membantu kesuburan tanah; cara memelihara tanaman hingga proses panen. Dengan demikian, petani mengetahui dari mulai pengolahan tanah, kemudian tanam hingga panen, bahkan hingga pemasaran.
Sementara peneliti cabai dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), Lembang, Bagus Kukuh Udiarto mengakui, dalam budi daya cabai serangan hama penyakit memang menjadi kendala tersendiri bagi petani.
“Kalau petani tanam musim kemarau dan panen musim hujan, memang harga tinggi. Tapi kendalanya serangan hama dan penyakit, tidak bisa diatasi,” ujar dia.
Menurutnya, ada bebarapa trik untuk mengurangi serangan hama penyakit tersebut. Misalnya, penggunaan varietas unggul yang adaptif, cara persemaian yang baik, karena penularan virus kuning umumnya terjadi saat persemaian. Kepadatan populasi hanya boleh hingga 3.000 pohon per hektar.
“Pengelolaan hama dan penyakit bukan saat ada hama, tapi saat awal pengelolaan lahan. Misalnya, pengapuran jangan seminggu dan dua minggu, tapi sudah dilakukan sebulan sebelum tanam,” ungkap Kukuh.
Untuk pengendalian hama, lanjut Bagus, petani bisa membudidayakan tanaman jagung di sekitar tanaman cabai. Menurut dia tanaman jagung bisa mengundang predator atau parasitoid dari hama cabai. Untuk itu penanaman jagung dilakukan sebulan sebelum tanam cabai.