Site icon Peluang News

Panen Gadu 2025: Petani Optimis, Harga Gabah Naik

Ilustrasi panen. Foto: pertanian.go.id
Ilustrasi panen. Foto: pertanian.go.id

PeluangNews, Jakarta-Musim tanam gadu 2025 mulai memasuki fase panen di berbagai daerah Indonesia. Hamparan padi yang menguning membawa suasana penuh harapan. Di Cilacap, Jawa Tengah, para petani menyambut panen dengan optimisme.

Sutiman (43), petani asal Desa Kalikudi, Kecamatan Adipala, mengaku puas dengan hasil panennya.
“Alhamdulillah, panen kali ini lebih baik dari sebelumnya. Harga gabah stabil, bahkan cenderung naik, sehingga keuntungan yang kami dapatkan juga lumayan. Ini membuat kami petani lebih tenang dalam bekerja,” tutur Sutiman, Kamis (21/08/2025).

Dengan lahan garapan 2 hektare, Sutiman menanam varietas padi Logawa. Hasil panennya mencapai 14 ton gabah yang ia jual seharga Rp6.500 per kilogram. Setelah dipotong modal dan biaya operasional, ia mencatat keuntungan bersih Rp15 juta.

Menurutnya, capaian ini tidak lepas dari dukungan pemerintah. “Kami merasa lebih diperhatikan sejak adanya kebijakan dari pemerintah di bawah kepemimpinan Pak Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Dari kemudahan mendapatkan pupuk, adanya program pompanisasi, sampai harga gabah yang berpihak ke petani, semua itu membuat kami semakin yakin bahwa petani tidak dibiarkan berjalan sendiri,” jelasnya.

Di Kabupaten Jember, Jawa Timur, panen berlangsung di hampir seluruh kecamatan. Kabid Tanaman Pangan Kabupaten Jember, Luhur Prayogo, menyebut luas panen meningkat tajam.
“Kalau perkiraan Agustus sampai akhir ini, ini diperkirakan meningkat menjadi 24.071 hektare. Kalau bulan Julinya 14.943 hektare. Untuk harga sudah di atas HPP bahkan sudah di atas Rp7.000. Ini menguntungkan untuk petani,” ujarnya.

Petani juga merasakan lonjakan harga yang signifikan.
“Panen kita bisa dapat 5 tonan lah per hektar. Harga di sini sekarang Rp7.300. Biasanya harga tertinggi hanya sekitar Rp6.000–Rp6.500,” terang Solehudin, petani sekaligus pengurus kelompok tani di Desa Gambirono, Kecamatan Bangsalsari.

Di Lampung Timur, beberapa kecamatan lebih dulu menyelesaikan panen, termasuk Pekalongan dan Batanghari. Lasno, petani Desa Sumbersari, Kecamatan Sekampung, bersyukur dengan hasilnya.
“Alhamdulillah, sekarang sudah mulai panen lagi. Saya pribadi sudah panen awal Agustus kemarin. Hasilnya bagus panen gadu, lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Itu sudah cukup baik dan kami merasa diuntungkan,” katanya.

Lasno menilai berbagai program pemerintah memberi manfaat nyata.
“Harapan kami sederhana, pupuk tetap tersedia, irigasi semakin baik, dan harga gabah stabil di tingkat petani. Dengan begitu, kami bisa lebih semangat menanam,” tambahnya.

Secara nasional, potensi panen Agustus diperkirakan mencapai 3 juta ton beras. Angka ini lebih tinggi dibanding kebutuhan rata-rata bulanan masyarakat Indonesia sebesar 2,6 juta ton.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan pemerintah akan terus berpihak pada petani.
“Kebijakan ini merupakan wujud nyata keberpihakan Presiden terhadap kesejahteraan petani Indonesia. Dengan langkah-langkah yang berpihak kepada petani, kita optimistis swasembada pangan dapat terwujud sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani,” ujarnya.

Kebijakan itu mencakup penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah yang menguntungkan, penyediaan pupuk bersubsidi yang lebih mudah diakses, hingga program pompanisasi untuk menjaga produktivitas di musim kemarau.

Exit mobile version