JAKARTA-—Pandemi Covid-19 membuat pelemahan ekonomi dunia seolah semakin tampak nyata. Hal ini akan semakin berimbas ke nilai tukar rupiah. Hal ini akan semakin berimbas ke nilai tukar rupiah. Apalagi lembaga pemeringkat internasional, Fitch Rating berpotensi memangkas rating peringkat utang Indonesia.
Saat pandemi virus corona belum menyebar, pada awal Januari silam rupiah masih berada di kisaran Rp13.900 per dolar Amerika Serikat. Merujuk Bloomberg, pada penutupan Selasa (31/3/20) rupiah sudah berada di level Rp16.310 per dolar AS. Bahkan pada (23/3) rupiah sempat menyentuh level Rp16.575 per dolar AS.
Analis Monex Investindo Futures Faisyal menyebut, pemangkasan rating tersebut dinilai akan berimbas negatif pada rupiah.
“Sebagai contoh, Inggris begitu rating-nya dipangkas menjadi minus AA oleh Fitch, pasar langsung anjlok. Semoga kabar pemangkasan peringkat utang tersebut tidak sampai terjadi pada Indonesia,” ujar Faisyal, Selasa (31/3/20).
Faisyal menyebut, level Rp 18.000 per dolar AS baru mungkin terjadi ketika kondisi sudah memburuk. Ia mencontohkan ketika stimulus global sudah tidak lagi dikucurkan ataupun ketika pemerintah Indonesia menetapkan darurat sipil.
“Tapi saat ini kan kasus di China sudah mulai mereda, sementara Italia dan Spanyol juga sudah mulai berhasil menekan laju eksponensial persebaran corona. Sehingga ini juga bisa menjadi sentimen positif yang menunjukkan pandemi ini bisa segera berlalu,” pungkas Faisyal.
Hal senada juga dinyatakan, analis Asia Valbury Futures Lukman Leong menilai prospek rupiah saat ini cukup jelek. Dia menegaskan, kondisi tersebut sebenarnya tidak hanya terjadi pada Indonesia. Sebab hal yang sama juga terjadi pada mata uang negara lainnya.
“Jika kondisi ini terus berlanjut, apalagi lockdown sampai benar-benar diterapkan, besar kemungkinan rupiah akan menguji ke rentang Rp18.000-Rp19.000 per dolar AS,” kata Lukman (Fadli).