octa vaganza
Fokus  

Palu Gada Bisnis Salim (Apa Lu Mau Gua Ada)

 

SEPANJANG tahun ini, ekspansi Bisnis Salim lebih agresif dibandingkan tahun lalu. Setelah memboyong saham Bank Ina, taipan Anthoni Salim juga masuk di bisnis e-commerce, infrastruktur, dan pengadaan air bersih di beberapa kota. Akuisisi sejumlah perusahaan itu melengkapi portofolio bisnis Salim di lini usaha yang belum pernah dimasuki, termasuk bisnis yang relatif masih baru seperti digital ekonomi.

Pertengahan tahun lalu,

PT XL Axiata Tbk, provider telepon selular di Indonesia, resmi melego saham Elevenia kepada PT Jaya Kencana Mulia Lestari dan Super Premium Pte Ltd. Dua entitas usaha ini anak usaha Grup Salim. Belakangan SK Planet, mitra XL Axiata dalam perusahaan patungan Elevenia menjual sahamnya kepada Salim.

Tak hanya itu, Salim juga mengakuisisi saham Lotte Group. Dua raksasa di bisnis ritel ini memilih jalan sinergi dengan mendirikan bisnis e-commerce ILotte untuk melawan Lazada dan Blibli. Dua e-commerce ini digenggam Jack Ma, pemilik Alibaba dan Robert-Michael Hartono, Grup Djarum.

Lewat dua toko online tadi, Salim selangkah di depan dibandingan para kompetitornya yang hanya menjadi penjual produk dari berbagai produsen di Indonesia. Termasuk menjual produk buatan anak usaha Salim. Sedangkan lewat Elevenia dan ILotte, Grup Salim menjual produk sendiri di tokonya sendiri.

Di pasar ritel dari kota hingga di kampung-kampung, satu dari lima merek minyak goreng, makanan ringan (snack), minuman ber perisa, air minum kemasan, mie cepat saji, makanan cepat saji, tepung terigu, dan produk garmen dibuat oleh anak usaha Grup Salim. Di tambah lagi produk jasa keuangan seperti, dana pensiun, asuransi, sekuritas, dan produk otomotif roda dua dan empat.

Sebelum masuk digital ekonomi, Grup Salim lebih dulu mendirikan minimarket Indomaret. Dengan jumlah toko sendiri dan toko waralaba 15.000 cabang, merek minimarket itu bisa ditemukan hingga di kota kabupaten dan kotamadya di Indonesia.

Di luar bisnis ritel, Grup Salim kini menggarap sektor infrastruktur air bersih dan jalan toll. Di sektor air bersih, Moya Indonesia Pte Ltd memborong saham Acuatico Pte Ltd dari Recapital Advisor senilai Rp 1.24 triliun. Dengan nilai pembelian itu, maka kepemilikan PT Aetra Air Jakarta, PT Aetra Air Tangerang serta PT Aetra Air Indonesia beralih ke Grup Salim.

Aetra Jakarta diketahui sebagai pemasok air bersih untuk warga Jakarta di kawasan Timur dan Bekasi. Hingga Februari 2023 nanti, Moya Indonesia pengendali Aetra Air bakal mengelola air bersih untuk 440.000 pelanggan di Jakarta. Sedangkan di Tangerang, kontrak Aetra melayani 360.000 pelanggan hingga Oktober 2034.

Di bisnis infrastruktur jalan, PT Metro Pacific Tollways Indonesia, anak usaha Metro Pacific Investments Corporation, yang menginduk ke First Pacific milik Salim, mengambil alih saham PT Matahari Kapital Indonesia senilai Rp 1.73 triliun di PT Nusantara Infrastructure Tbk. Setelah akuisisi November 2017, kini Metro Pacific Tollways menguasai 48,27% saham di perusahaan itu.

Masuknya Grup Salim menambah percaya diri emiten berkode META itu menggarap proyek infrastruktur jalan di sejumlah provinsi. Apalagi kebutuhan pembangunan infrastruktur jalan dan tol sangat tinggi sehingga dibutuhkan dana cukup besar untuk merealisasikan projek jalan tersebut.

“Kami akan masuk terutama di jalan tol yang sudah kami tinggalkan beberapa tahun ini. Dengan adanya Metro Pacific, kami akan membangun jalan di Jakarta, Jawa Timur, dan Makassar (Sulawesi Selatan),” katanya beberapa waktu lalu.

Pada 2017 ini, pemerintah mengalokasikan anggaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sekira Rp 104.7 triliun. Tahun 2018, dari total belanja APBN sebesar Rp 2.204 triliun, alokasi belanja infrastruktur senilai Rp409 triliun. Dari sejumlah itu, anggaran Kementerian PUPR mencapai Rp 106.9 trilliun, terbesar dalam APBN 2018.

Alokasi anggaran infrastruktur sebesar itu tak lepas dari niat Presiden Joko Widodo menekan kesenjangan pembangunan antara kawasan Barat dan Timur Indonesia. Hampir 70% dari anggaran Kementerian PUPR dipakai buat membuka jalan baru dan menambah ruas jalan. Grup Salim ikut beradu merebut belanja infrastruktur itu. Keputusan Antoni Salim masuk di bisnis ini menujukkan kelasnya sebagai seorang taipan kawakan.   (Luke)

Exit mobile version