hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Pakar ITB Ingatkan Kelangkaan Pupuk Ancaman Pangan Mendatang

BANDUNG—-Guru Besar Teknologi Pengolahan Biomassa dan Pangan Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung, Profesor Yazid Bindar mengatakan, penggunaan pupuk dengan bahan baku gas alam akan ada batas waktunya.

Kadar gas alam yang tersedia terus berkurang seiring penggunaan pupuk. Dia memproyeksikan pupuk menjadi barang langka, bahkan hilang pada 2040.

“Kelangkaan pupuk berdampak membuat produktivitas tanaman menurun drastis, padahal populasi penduduk dunia terus bertambah,” kata Yazid dalam diskusi panel dengan tema “Peran Masjid Dalam Mempersiapkan Bangsa Menghadapi Tantangan ke Depan” di GSG dan GSS kompleks Masjid Salman ITB, Jalan Ganesa, Kota Bandung, Sabtu (12/10/19).

Lanjut Yazid produktivitas padi yang semula 6 ton per hektare, menjadi 1,5 ton (per hektare). Pengaruh pupuk juga berlaku pada varian tanaman pangan lain.

“Tanpa penggunaan pupuk, produktivitas tanaman pangan tinggal sekitar sepertiga, atau seperempat daripadi biasanya (dengan penggunaan pupuk),” ujar dia.

Pengaplikasian hasil penemuan fiksasi nitrogen Haber-Bosch dalam pembuatan pupuk, ucap Yazid, membuat produksi pangan meningkat. Terdapat kesan manusia berfoya-foya dalam menyikapi hal itu, berasumsi ketersediaan pangan dapat terus memenuhi tingkat kebutuhan. 

Yazid menyebutkan, andaikan masih terjumpa pada 2040,  pupuk bakal berharga sangat mahal.

“Saat ini, subsidi untuk pupuk mencapai Rp30 triliun. Bayangkan, berapa besar anggaran pemerintah untuk menyubsidi pupuk pada 2040?”  ungkap Yazid. 

Untuk itu Yazid meminta pemerintah dan berbagai pihak  segera menyiapkan langkah menghadapi kemungkinan keberadaan pupuk langka, bahkan hilang. Persiapan memerlukan waktu panjang, mencapai 30 tahun. 

Langkah persiapan di antaranya dengan diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi, serta mengubah kebiasaan beserta anggapan masyarakat yang terlalu memfavoritkan jenis pangan tertentu.

“Ekstensifikasi, dan mengubah kebiasaan masyarakat merupakan tantangan paling berat,” cetus Yazid.

Ekstensifikasi sulit, mengingatkan ketersediaan lahan kian terbatas. Upaya mengubah kebiasaan beserta anggapan masyarakat pun rumit, juga memerlukan waktu paling lama.

“Masyarakat menganggap asupan karbohidrat hanya dengan memakan nasi. Padahal, kandungan karbohidrat nasi terdapat pada  varian pangan, di antaranya, ubi jalar, singkong, sukun,” pungkas Yazid.

pasang iklan di sini