octa vaganza

Pabrik Tutup, Era Kelabu Petani Tebu

AWAL 2020, PT PG Rajawali II resmi beku operasi. Musababnya, pabrik Gula Sindang Laut, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, itu terus merugi. Untuk selanjutnya, seluruh proses penggilingan tebu akan dipindahkan ke Pabrik Gula Tersana Baru di Babakan, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon. Penutupan operasional PG Sindang Laut akan berdampak pada kelangsungan hidup para petani tebu, terutama yang sudah terbiasa menggiling tebu di sana.

Para petani tebu dan karyawan pabrik pantas saja was-was. Menurut perwakilan petani tebu PG Sindang Laut, Mae Azhar, pemindahan penggilingan tebu ke PG Tersana Babakan akan menambah biaya pengeluaran, khususnya transportasi. Karena jauhnya jarak antara PG Sindang Laut dan PG Tersana Baru.

Penutupan PG Sindang Laut akan memiliki dampak jangka panjang, karena sangat potensial mematikan industri gula pasir di Kabupaten Cirebon. Terlebih mengingat kebanyakan lahan tebu milik desa. Mudah diduga, akan semakin banyak lahan tadah hujan yang tidak produktif. Ujung-ujungnya, Pendapatan Asli Desa (PADes) dari sewa lahan tebu akan makin menurun.

Saat ini, tak kurang dari 2.400 ha lahan tebu yang dikelola oleh sekitar 1.200 petani. Jika PG Sindang Laut memang benar-benar ditutup, terbuka kemungkinan para petani tebu tak lagi tertarik melanjutkan menanam tebu. Tahun mendatang, mereka akan mengolah komoditas lain yang menjanjikan pendapatan lebih pasti. “Nantinya akan terjadi efek domino. Petani pun akan enggan menanam tebu, sehingga luas lahan tebu akan menyusut. Ini akan sangat mungkin terjadi dalam dua tahun mendatang,” tutur Mae Azhar terkait tutupnya Pabrik Gula Sindang Laut.●

Exit mobile version