hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Orang Goblok Lebih Mudah Jadi Pengusaha

Kebanyakan masyarakat kita, terutama para orangtua, masih terjebak pada pandangan dan keyakinan lama. Konvensional. Mainstream. Kuno. Anak disuruh bersekolah yang rajin. Belajar setiap hari. Agar apa? Agar suatu saat nanti bisa sekolah yang tinggi, punya nilai bagus, dan bisa bekerja di tempat yang terhormat dan dapat gaji yang besar. Betul begitu, kan? Umumnya iya.

Sejak kecil kita diwanti-wanti agar, setelah lulus sekolah nanti, kita harus bisa mendapatkan pekerjaan di perusahaan ternama, atau jadi pegawai negeri sipil, itu jenjang yang lazim untuk jadi pejabat, hidup nyaman, naik mobil bagus. Sayangnya, platnya warna merah.

Menurut saya, pola pikir macam inilah yang menjadi penyebab mengapa para sarjana yang pintar-pintar itu sangat sedikit yang menjadi pengusaha sukses. Bagaimana mau sukses, kalau ternyata sejak kecil pikiran mereka dibentuk untuk menjadi pekerja. Itu juga alasan ketika saya mengatakan “Orang-orang bodoh berjuang keras untuk mendapatkan uang, agar bisa membayar pelamar kerja, yaitu orang-orang pintar!”

Banyak contoh untuk membuktikan pernyataan ini. Sebut saja Bill Gates. Dia pendiri perusahaan software komputer terbesar di dunia, Microsoft. Jika belum mendengar kisah hidupnya, anda akan menduga ia merupakan anak genius yang nilainya cemerlang di sekolah. Benar, kan? Salah!

Ia memang tergolong anak pintar, karena mampu masuk ke Universitas Harvard yang bergengsi. Namun Gates tidak menyelesaikan kuliahnya. Ia hanya bertahan dua tahun sebelum keluar dan mendirikan Microsoft. Kini, dengan kekayaannya, ia bisa menggaji sejumlah insinyur komputer untuk bekerja di perusahaan yang didirikannya.

Lalu ada Mark Zuckerberg. Anda boleh jadi salah satu pengguna Facebook. Mark adalah pendiri Facebook. Seperti Bill Gates, Zuckerberg juga pernah kuliah di Harvard University. Ia termasuk generasi milenial yang gemar berinternet. Semasa kuliah, ia mengembangkan situs jejaring sosial yang kini berkembang dengan nama Facebook (Meta). Mark hanya sempat mengecap bangku kuliah selama setahun, sebelum ia memutuskan belajar sambil praktik dengan mengembangkan bisnisnya sendiri.

Selain mereka berdua, ada nama-nama seperti Larry Ellison (pendiri Oracle), Michael Dell (pendiri Dell Computer), Richard Branson (Virgin Group), Giorgio Armani (Armani), Ingvar Kamprad (IKEA), Steve Jobs (Apple), dan masih banyak lagi. Mereka semua tidak memiliki ijazah pendidikan formal, tapi mampu membukukan sukses bisnis yang luar biasa.

Setidaknya deretan nama di atas menjadi bukti bahwa, siapa pun anda, untuk meraih sukses tidak membutuhkan otak yang pintar, apalagi titel yang mentereng dari universitas kenamaan. Sebaliknya, saran saya, tetaplah sederhana dalam pemikiran. Anggaplah dirimu goblok, dan teruslah belajar hingga berhasil menemukan takdir kesuksesan milikmu.

Salah satu kelebihan orang goblok adalah mereka tidak pernah berpikir panjang. Mereka tak mau pusing mikirin apa yang bakal terjadi jika mereka gagal. Mereka juga nggak mau ruwet-ruwet mikirin risiko-risiko yang ada di hadapan mereka. Yang penting jalani. Modal nekat.

Inilah yang membuat orang goblok kaya pengalaman dibanding orang pintar. Soalnya, mereka selalu menjalani keinginan mereka. Kalau gagal? Ya coba cara lain.  Begitu terus sampai mereka menemukan satu jalan yang berhasil.

Seorang pengusaha buku (yang sukses) menuturkan simpul pengalamannya begini, “Seandainya saya dulu mengtetahui risiko-risiko dalam bisnis buku, pasti saya tak bersani memulai bisnis ini. Karena waktu itu pikiran saya masih culun, nggak mikir apa-apa. Setiap ada masalah, mau nggak mau harus dihadapi. Kepalang basah. Setelah beberapa lama, saya baru memahami aturan main di bisnis ini.”●

pasang iklan di sini