Mimpi penggagas koperasi yang berdiri pada 1 April 1995 ini, Yakobus Jano, sederhana saja.
Ia hanya ingin membantu masyarakat di desanya terlepas dari jerat para rentenir pelepas bunga pinjaman tinggi. Jano mengamati masyarakat di dusunnya hidup amat susah, untuk makan saja sulit meski hanya singkong dan pisang. Maka, ia memulai pra koperasi yang kala itu berupa arisan dengan prinsip “Saya susah engkau bantu, engkau susah saya bantu. Saya sakit engkau rasakan sakitnya, kamu sakit kami turut merasakan penderitaan itu. Tidak ada yang kaya mencolok sendirian, atau menjadi begitu miskin sendirian. Semua anggota sejahtera, sesuai kemampuan”. Belakangan lahirlah Credit Union Pintu Air yang kemudian menjadi Koperasi Kredit.
Koperasi yang berlokasi di Dusun Rotat, Desa Ladogahar, Kecamatan Nita ini berjarak cukup jauh dari Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka, sehingga secara hitung-hitungan bisnis koperasi ini sulit berkembang. Paling banter hanya untuk sekadar memenuhi kebutuhan pokok anggota di daerah tersebut yang kala itu hanya berjumlah 50 orang.
Tetapi, siapa nyana Yakobus Jano, pria kelahiran Rotat 15 September 1953 ini punya visi yang jauh ke depan. Perlahan tapi pasti, Pintu Air merambah pasar, tidak hanya di NTT, tetapi juga ke berbagai pelosok Tanah Air. Modal awal yang pada 1995 terhimpun sebesar Rp500 ribu, kini hingga akhir Desember 2023 asetnya sudah Rp2,1 triliun dengan anggota mencapai 400 ribu orang tersebar di 59 kantor cabang, 12 Kantor cabang pembantu, 192 unit pelayanan, 353 kelompok dan 518 titik kumpul. Bagi Jano, yang sebelumnya karyawan Bank BRI, berkoperasi bukanlah kumpulan modal melainkan kumpulan orang, karenanya ia menyasar pencapaian anggota hingga 1 juta orang pada 2025. (Irm)