Peluang News, Pangalengan — OJK dan ILO terus memperkuat kerja sama dalam membangun digitalisasi ekosistem peternakan sapi perah sebagai bagian tindak lanjut program Promise II Impact Project. Proyek tersebut menghubungkan peternak rakyat, koperasi susu, dan industri dalam rantai ekosistem yang saling menguntungkan.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dan Wakil Presiden Swiss Guy Parmelin pada Kamis (2 September) meninjau peternakan sapi milik Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) yang berada di Pangalengan, Bandung tersebut. Ini merupakan lokasi digitalisasi ekosistem Enterprise Resource Planning (ERP) yang menghubungkan peternak rakyat, koperasi susu, dan industri.
Hadir juga dalam kunjungan itu Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK Hasan Fawzi, perwakilan dari International Labour Organization (ILO), dan State Secretariat for Economic Affairs (SECO).
Proyek digitalisasi ekosistem peternakan sapi untuk penguatan ekonomi daerah ini disebutkan sejalan dengan Asta Cita Pemerintah untuk meningkatkan jumlah lapangan kerja, mempercepat pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan sebagai agenda prioritas.
Mahendra Siregar menyampaikan apresiasi atas dukungan Pemerintah Swiss melalui ILO dan SECO dalam memperkuat ekosistem keuangan bagi UMKM di Indonesia. “Salah satu program unggulan OJK adalah pengembangan ekonomi daerah melalui pembangunan ekosistem keuangan yang kondusif dan berkelanjutan. OJK bersama pemerintah daerah mendorong agar produk dan komoditas unggulan di daerah dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi yang inklusif,” ujar Mahendra.
“OJK berharap kolaborasi dengan Pemerintah Swiss, ILO, dan SECO dapat terus diperkuat. Digitalisasi ekosistem seperti yang dilakukan di sektor sapi perah dapat direplikasi juga pada sektor lain seperti pertanian ataupun peternakan lain sehingga semakin banyak masyarakat dan UMKM yang merasakan manfaat nyata dari inovasi keuangan digital,” lanjutnya.
Wakil Presiden Swiss, Guy Parmelin mengatakan proyek platform digital tersebut memudahkan para petani mengakses pembiayaan dan meningkatkan proses produksi sehingga kesejahteraan masyarakat dapat terus ditingkatkan.
Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK, Hasan Fawzi, digitalisasi dalam pengelolaan bisnis peternakan akan membuka akses keuangan bagi peternak rakyat, khususnya yang masih underbanked dan unbankable.
“OJK berharap kolaborasi dengan Pemerintah Swiss, ILO, dan SECO dapat terus diperkuat, sehingga semakin banyak masyarakat dan UMKM merasakan manfaat dari inovasi keuangan digital. Digitalisasi ekosistem, seperti di sektor sapi perah ini, membuktikan bahwa teknologi mampu menjadi jembatan antara sektor riil dan lembaga keuangan formal,” ujarnya.
Saat ini, OJK dan ILO juga tengah mengembangkan program digitalisasi ekosistem sapi perah di Malang, Jawa Timur. Program tersebut mengintegrasikan ERP dengan Penyelenggara Pemeringkat Kredit Alternatif (PKA) dan Penyelenggara Agregasi Jasa Keuangan (PAJK) untuk memperluas akses keuangan peternak.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia Stella Christie, Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Ekonomi Digital Kemenko Perekonomian, Ali Murtopo Simbolon, Sekretaris Daerah Jawa Barat Herman Suyatman, Kepala OJK Jawa Barat Darwisman, Perwakilan Pemerintah dan Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Country Director ILO Indonesia and Timor-Leste Simrin Singh, serta Ketua KPBS Aun Gunawan.
Hingga saat ini KPBS membina lebih dari 4.500 peternak dengan populasi 15.553 sapi perah dan produksi susu rata-rata mencapai 80 ton per hari. Model bisnis KPBS menunjukkan bagaimana koperasi menjaga keberlanjutan bisnis, memperkuat akses keuangan, serta menjadi motor penggerak ekonomi daerah.
KPBS telah berhasil membangun Enterprise Resource Planning (ERP) dalam ekosistem peternakan sapi perah. ERP tersebut menghubungkan pelaku ekosistem sapi perah yang meliputi peternak rakyat, koperasi susu, dan industri sehingga terwujud rantai distribusi yang lebih efektif dan efisien.