JAKARTA—Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank pada Selasa 23 Juni 2020 melemah 60 poin dari Rp14.510 menjadi Rp14.210. Pelemahan itu dipicu kekhawatiran pelaku pasar dengan peningkatan jumlah kasus positif Covid-19 dan gelombang kedua pandemi yang terjadi di beberpa negara yang sudah membuka perekonomiannya.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menyampaikan rupiah kemungkinan masih tertekan.
“Sentimen tersebut masih berpeluang menekan harga aset-aset berisiko di jam pasar Asia hari ini. Rupiah masih berpeluang tertekan karena sentimen tersebut,” ucap Ariston.
Hanya saja lanjut dia, pasar masih berharap terhadap potensi pemulihan ekonomi di tengah pandemi. Indeks saham AS semalam positif karena harapan tersebut.
“Jadi dua sentimen ini masih beradu, tinggal mana yang lebih banyak pendukungnya. Tapi hari ini mungkin masih sentimen yang negatif,” ujar Ariston seperti dilansir Antara.
Pagi ini pasar mendapatkan kabar terbaru yang memberikan sentimen negatif dari hasil wawancara penasehat perdagangan pemerintah AS Peter Navarro dengan Fox News bahwa perjanjian dagang dengan China telah “berakhir”.
Wawancara itu menunjukkan hubungan AS dan Tiongkok yang masih memanas dan mengancam pelaksanaan perjanjian dagang yang telah disepakati. Ariston memperkirakan rupiah hari ini berpeluang melemah kembali ke area Rp14.200 per dolar AS dengan support di kisaran Rp14.050 per dolar AS.
Ini pelemahan kedua bagi rupiah dalam awal pekan. Pada Senin kemarin rupiah melemah 50 poin dari Rp14.150 menjadi Rp14.100.