
Peluang News, Jakarta-Swasembada protein menjadi pilar utama dalam upaya mewujudkan kemandirian pangan nasional yang kokoh dan berkelanjutan. Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) menegaskan komitmennya untuk memperkuat agenda ini melalui berbagai strategi yang melibatkan potensi lokal, teknologi, dan kemitraan lintas sektor.
“Swasembada pangan bukan hanya soal ketersediaan pasokan, tapi kemampuan bangsa untuk memenuhi kebutuhan gizinya secara mandiri dari sumber daya dalam negeri,” kata Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan NFA, Rinna Syawal, dalam keterangan resminya.
Dalam paparannya, Rinna menyoroti bahwa tantangan ketahanan pangan saat ini tidak cukup hanya dengan menjamin ketersediaan, tetapi juga harus memastikan kualitas konsumsi. “Kita menghadapi kenyataan bahwa konsumsi protein masyarakat Indonesia masih belum ideal. Padahal, protein itu penting untuk cegah stunting, meningkatkan produktivitas SDM, dan menjaga stabilitas sosial-ekonomi, khususnya di pedesaan,” ujarnya.
Data NFA tahun 2024 menunjukkan konsumsi protein nasional masih didominasi oleh padi-padian (42,8%), sementara pangan hewani hanya berkontribusi 36,5% dan kacang-kacangan 10,8%. Sementara itu, target konsumsi protein menurut RPJMN adalah 62,5 gram per kapita per hari, namun belum sepenuhnya tercapai.
Melalui kebijakan Swasembada Protein Berbasis Potensi Lokal, NFA mengupayakan peningkatan produksi domestik, diversifikasi sumber protein, serta penguatan rantai pasok dan logistik dingin berbasis wilayah. “Kita dorong sumber protein dari ikan air tawar, unggas, tahu, tempe, hingga pangan alternatif berbasis serangga. Selain bergizi, itu juga ramah lingkungan,” jelas Rinna.
NFA mengedepankan pendekatan holistik dalam tiga strategi utama: ekstensifikasi, intensifikasi, dan diversifikasi. Ekstensifikasi dilakukan melalui pengembangan kawasan produksi pangan baru berbasis potensi lokal seperti lumbung pangan nasional dan desa pangan. Intensifikasi menargetkan peningkatan produktivitas dengan mendorong adopsi teknologi pertanian dan peternakan, penggunaan benih unggul, pakan lokal, dan pengendalian penyakit ternak.
“Intensifikasi juga harus menjangkau distribusi. Artinya, pangan harus bisa tersedia dan terjangkau hingga ke pelosok,” imbuh Rinna.
Di sisi lain, strategi diversifikasi konsumsi pangan menjadi fokus dalam membangun ketahanan dari aspek budaya dan ekonomi. Program nasional seperti Gerakan Konsumsi Protein Nasional dan implementasi Perpres 81/2024 memperkuat pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA). “Penganekaragaman pangan bukan sekadar pilihan, tapi keharusan,” ujar Rinna.
Ia menambahkan, “Upaya swasembada protein tidak bisa dilakukan sektoral semata. Kita butuh kolaborasi lintas kementerian, dunia usaha, dan masyarakat. NFA mendorong kemitraan inovatif serta mendukung investasi dan insentif bagi peternak, pembudidaya ikan, dan pelaku UMKM.”
Dalam tiga tahun terakhir, NFA juga telah memperkuat infrastruktur penyimpanan seperti cold storage, reefer container, dan air blast freezer di berbagai provinsi untuk memperpanjang umur simpan dan menjaga kualitas protein hewani.
“Ketika kita mengoptimalkan sumber protein dari potensi lokal, kita tidak hanya memperkuat ketahanan pangan nasional, tapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat,” tutup Rinna.