JAKARTA—-Badan Pusat Statistik (BPS) merilis nilai ekspor Indonesia Januari 2021 mencapai 15,30 miliar dolar AS atau turun 7,48 persen dibanding ekspor Desember 2020 sebesar 16,54 miliar dolar AS. Sementara dibanding Januari 2020 naik 12,24 persen. Pada bulan yang sama tahun lalu ekspor hanya senilai 13,63 miliar dolar AS.
Sementara nilai impor Indonesia pada Januari 2021 mencapai 13,34 miliar dolar AS, turun 7,59 persen dibandingkan Desember 2020 yang tercatat senilai 14,44 miliar dolar AS. Sementara dibandingkan dengan Januari 2020, 14, 27 miliar dolar AS atau turun 6,49 persen.
Dengan capaian ini, kata Kepala BPS Suhariyanto neraca perdagangan pada Januari 2021 masih mengalami surplus sebesar 1,96 miliar dolar AS.
“Dari sektor nonmigas, ekspor pertambangan dan lainnya sebesar 16,92 persen, pertanian 13,91 persen, industri pengolahan 11,72 persen dan ekspor migas naik 8,3 persen,” ungkap Suhariyanto dalam jumpa pers virtual, Senin (15/2/21).
Suhariyanto memuji kenaikan sektor pertanian. Peningkatan tersebut disumbangkan oleh kenaikan beberapa produk hasil pertanian, seperti sarang burung walet, tanaman obat aromatik, dan rempah-rempah. Sementara hasil hutan lainnya juga ikut meningkat sehingga sektor pertanian tumbuh secara baik.
BPS juga mencatat neraca perdagangan Indonesia juga terpantau surplus dengan beberapa negara, seperti Amerika Serikat (AS) yang surplus 1,09 miliar dolar AS, India surplus 563,2 juta dolar AS, dan Filipina surplus 504,3 juta dolar AS.
Namun, neraca perdagangan dengan beberapa negara terpantau defisit, seperti neraca dagang dengan Tiongkok defisit 1,09 miliar dolar AS, Australia defisit 243,6 juta dolar AS, dan dengan Korea Selatan defisit 192,3 juta dolar AS.
Sementara dalam kesempatan berbeda Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri, menambahkan bahwa pertumbuhan ekspor pertanian diperkirakan masih akan tumbuh dengan baik, seiring produksi pertanian yang terus mengalami peningkatan.
Kementan pun memiliki program yang tujuanya utamanya menggairahkan komoditas ekspor dan peningkatan kesejahteraan petani.
“Program itu mensinergikan hulu dengan hilir salah satunya melalui pengembangan korporasi berbasis komoditi tanaman pangan, hortikultura dan komoditas strategis ekspor lainnya. Di sisi lain, peningkatan ekspor pun terpacu dengan tersedianya kemudahan pelayanan,” papar Kuntoro.