octa vaganza
Solusi  

Nafsu Berinovasi yang Nyaris Membangkrutkan Lego

Kalah dari pesaingnya dalam harga dan mengalami tekanan akibatnya jatuhnya mata uang Denmark terhadap dolar AS membuat Lego mulai melakukan banyak inovasi. Diawali dengan merekrut talenta terbaik sebanyak 30 desainer lulusan Eropa.

LEGO seolah identik dengan alat permainan kreatif anak-anak kecil dan remaja, laki-laki maupun perempuan. Mainannya bisa berbentuk bangunan, kota, patung, kapal, mobil, kereta api, kapal terbang, pesawat luar angkasa dan robot yang bisa dibongkar pasang karena terdiri dari bata-bata plastik.

Lego adalah perusahaan yang berasal dari Billund di negara Denmark. Didirikan oleh seorang tukang kayu bernama Ole Kirk Christiansen yang awalnya hanya berupa usaha kerajinan kayu yang memproduksi mebel dan membantu membangun rumah orang-orang. Lego sendiri bermakna “saya menyusun” atau “saya merangkai” dalam bahasa Latin. Ole Kirk Kristiansen

Pada saat Depresi Besar (The Great Depression) yang terjadi selama sepuluh tahun sejak 1929, bisnis Ole juga terkena imbasnya dengan hanya menyisakan sedikit pelanggan. Saat itulah inspirasi membuat mainan dari kayu mulai datang. Selama masa sulit itu, Ole berusaha bertahan dengan terus memproduksi mebel di samping mainan.

Seusai Perang Dunia II di tahun 1947, Lego melakukan pembelian satu set mesin cetak injeksi plastik. Hasilnya adalah produksi pertama Lego berupa sebuah mainan modular berupa truk mainan yang bisa dibongkar-pasang.

 Setelah mengalami pertumbuhan 14% tiap tahun hingga tahun 1993 alias tumbuh dua kali lipat setiap lima tahun sekali, Lego mengalami periode stagnan hingga tahun 1998. Di tahun itu, untuk pertama kalinya Lego melaporkan kerugian perusahaan.

Kalah dari pesaingnya dalam harga dan mengalami tekanan akibatnya jatuhnya mata uang Denmark terhadap dolar AS membuat Lego mulai melakukan banyak inovasi. Diawali dengan merekrut talenta terbaik sebanyak 30 desainer lulusan sekolah desain terbaik dari seluruh Eropa.

Dari tangan para desainer tersebut lahir banyak sekali produk baru Lego. Sedikit di antaranya yang bisa disebut adalah figur aksi Jack Stone, Lego Explore untuk balita dan Lego Galidor yang dilengkapi piranti elektronika. Namun, semua produk yang lahir dari para desainer muda itu gagal total. Kecuali mungkin tiga produk saja, yakni Lego Star Wars, Lego Harry Potter, dan Bionicle, yang menjadi penyangga keberlangsungan perusahaan selama masa-masa penurunan.

Apa gerangan penyebabnya Para rekrutmen muda itu tidak punya pengalaman di bidang industri mainan sama sekali. Mereka juga tidak memahami para pelanggan Lego dan apa yang menyebabkan para pelanggan itu menyukai permainan Lego. Parahnya lagi, manajemen Lego tidak tahu persis berapa biaya produksi produk-produk Lego mereka, sehingga mereka menjual produknya di bawah harga produksi.

Selain itu, Lego juga berinovasi di bidang yang tidak terkait dengan mainan. Yaitu sebuah taman hiburan bernama Legoland, yang mau menandingi Disneyland tapi buntutnya Legoland dijual pada tahun 2005. Untung saja Lego sempat menyadari kekeliruannya dan manajemen mulai bekerja memperbaikinya.

Bagaimana caranya? Para pembaca yang mulia, silakan ditonton video dari kanal Youtube Dr. Indrawan Nugroho yang sangat inspiratif mengenai pelajaran yang dapat kita ambil (lessons learned). Intinya, seperti dijelaskan Dr. Indrawan dalam video tersebut, inovasi tetap mesti dilakukan hanya saja perlu fokus dalam menentukan batasan berinovasi, terutama pada bisnis yang siklus produknya pendek seperti Lego. Setiap bisnis tentunya perlu menemukan jalan keluar untuk selamat dari jurang kebangkrutan seperti pengalaman Lego.●(Zian)

Exit mobile version