hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Musim Laporan Keuangan Jadi Sentimen Positif Bagi Pelaku Pasar

Peluangnews, Jakarta – Setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan lalu ditutup menguat sebesar 2,3%, market pada minggu ini diprediksi akan menguat kembali karena sejumlah sentimen penggerak.

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Mino menjelaskan pada minggu lalu market laju IHSG tertopang sektor kesehatan sebesar 6.0%, sektor properti dan real estat 3,7% dan teknologi 4,3%. Sementara itu, satu-satunya sektor yang melemah yakni sektor infrastruktur sebesar -0,5%.

Beberapa sentimen positif datang dari sektor kesehatan yakni pengesahan RUU Kesehatan menjadi UU. UU Kesehatan diyakini bisa mengatasi kekurangan dan distribusi dokter dan dokter spesialis, menyederhanakan perizinan dan diperbolehkannya dokter asing bekerja di Indonesia sehingga bisa mencegah orang Indonesia berobat ke luar negeri.

“Pada potensi market minggu ini, sentimen domestik akan datang dari data neraca perdagangan untuk bulan Juni 2023.

Menurut konsensus, data neraca perdagangan akan kembali surplus US$1,16 miliar lebih besar dari sebelumnya surplus US$0,44 miliar,” kata Mino, dikutip dari releasenya, Senin (17/7/2023).

Sementara itu, ekspor akan turun sebesar 17,80% yoy (vs sebelumnya +0,96% yoy) dan impor diproyksi turun 4,20% yoy (vs sebelumnya +14,36 yoy).

“Menariknya dari sisi domestik, ada musim laporan keuangan emiten berkapitalisasi besar atau big cap yang akan dimulai pada akhir Juli 2023 menjadi sentimen positif yang layak untuk dicermati mulai minggu ini,” kata Mino.

Dari sentimen eksternal, juga berasal dari dimulainya musim laporan keuangan dan penjualan ritel di Amerika. Pada akhir pekan lalu dua emiten perbankan di Amerika yaitu JP Morgan dan Well Fargo mulai melaporkan kinerja keuangannya. Keduanya melaporkan kinerja yang lebih baik dari ekspektasi.

Sementara itu berdasarkan FacSet, emiten penghuni indeks S&P 500 akan mencatatkan penurunan kinerja sebesar 7% (yoy) di kuartal II-2023.

Terkait sentimen penjualaan ritel di Amerika Serikat, pada Mei lalu penjualan ritel di Amerika naik sebesar 1,6% (yoy) lebih tinggi dari sebelumnya 1,2% (yoy).

“Data penjualan ritel ini cukup penting untuk melihat seberapa sehat perekonomian Amerika di tengah kebijakan moneter ketat oleh Bank Sentral Amerika,” kata Mino.

Selain itu, data asosiasi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menunjuka penjualan mobil hingga semester I-2023 mencapai 505.985 unit. Asosiasi diharapkan dapat mencapai target nasional 1.050.000 unit di 2023.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menjelaskan penjualan mobil merupakan salah satu indikator penting perekonomian terutama untuk segmen kelas menengah atas.

Angka penjualan 505 ribu selama 6 bulan memang kecil jika dibandingkan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta orang.

“Namun belanja dari kelas menengah dan atas inilah yang lebih menjadi penggerak ekonomi,” kata Rudiyanto, dalam edukasi di media sosial Twitternya @Rudiyanto_zh, dikutip Senin (17/7)

Sebagai gambaran penjualan motor periode yang sama sebanyak 3,2 juta unit. Dengan anggapan rata-rata harga mobil Rp 220 juta dan motor Rp 20 juta. Maka penjualan mobil 505 ribu sama dengan Rp111 triliun, dan penjualan motor 3,2 juta unit sama dengan Rp64 triliun.

“Selisihnya hampir dua kali lipat. Selisih ini akan lebih lebar jika dimasukkan faktor bunga kredit, harga aksesoris, dan jasa terkait lainnya. Salah satu indikator ekonomi bergairah adalah masyarakat membeli barang-barang bernilai besar seperti kendaraan dan properti,” kata Rudiyanto.

Dia melihat, target penjualan mobil sampai akhir 2023 berpotensi di atas 1 juta unit. Namun sebelum pandemi sekalipun, penjualan mobil memang sudah menunjukkan perlambatan akibat harga komoditas yang rendah dan perlambatan ekonomi global akibat perang dagang Tiongkok dengan Amerika Serikat.

“Harga saham ASII 5 tahun terakhir yg merupakan produsen mobil utama juga menunjukkan tren yang sama. Tidak hanya ASII, saham terkait otomotif lain juga menunjukkan tren serupa, yaitu lesu di 5 tahun terakhir dan baru naik 2023 ini,” kata Rudiyanto.

Seperti halnya saham energi dan metal yang naik tinggi tahun lalu karena harga komoditas naik, kenaikan penjualan kendaraan juga menjadi pemicu saham otomotif. Namun berbeda dengan harga komoditas yang rekor all time high, penjualan kendaraan baru “mendekati” level sebelum pandemi.

“Jadi faktor valuasi yang murah juga menjadi sentimen tambahan. Selama ini, valuasi saham sektor otomotif memang lebih rendah karena penjualan yang lesu. Rotasi sektor dari saham bluechip ke value stock dalam dua bulan terakhir juga menambah sentimen positif,” kata Rudiyanto.

Dengan saham Bank yang sudah all time high, investor lokal mungkin mencari alternatif di saham-saham lain yang valuasinya murah salah satunya otomotif. Kalau dana asing sudah mulai masuk dengan deras, bisa saja terjadi rotasi sektor lanjutan. (Aji)

pasang iklan di sini