SEMPAT terpuruk karena dianggap jadul, kini Sarinah tengah menggeliat. Di tengah persaingan bisnis ritel modern yang semakin tajam, mal pertama di Indonesia ini terus berbenah dan bertekad membumikan misinya sebagai The Window of Indonesia. Semua yang berbau Indonesia mulai dari fesyen, handycraft, sampai kuliner harus ada di Sarinah.
Adalah Divisi Retail dibawah komando Lies Permana Lestari yang menjadi motor kebangkitan bisnis ritel Sarinah. Bagaimana strategi yang dilakukan Lies, lulusan Magister Manajemen Universitas Bina Nusantara ini. Berikut petikan wawancara Majalah Peluang dengan Lies Permana Lestari :
Apa saja yang telah dilakukan divisi retail untuk mendorong kemajuan Sarinah?
Bisnis ritel Sarinah bergerak di bidang fashion, handycraft, fashion nusantara, wastra, etnik batik, songket dan tenun. Pokoknya bermacam produk tentang Indonesia ada di Sarinah. Ini tidak terlepas dari faktor historis dimana Sarinah didirikan oleh Presiden Soekarno yang ingin ada market place untuk produk-produk UKM. Jadi eksistensi Sarinah ini penting dipertahankan karena ada nilai sejarah didalamnya. Oleh karenanya kami terus berupaya mendorong pengembangan bisnis seperti melakukan sinergi dengan BUMN pengelola bandar udara di Indonesia.
Sejak kapan sinergi antar BUMN dilakukan?
Sejak Januari lalu dimana saya yang meminta sinergi BUMN yaitu pengelola bandara seperti PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II. Ini sejalan dengan kebijakan Menteri BUMN yang menghendaki adanya sinergi BUMN untuk mendorong kemajuan bisnis.
Bagaimana tanggapan Kementerian BUMN mengenai terobosan yang Anda lakukan?
Sangat positif. Bahkan program saya ini didukung oleh Kementerian BUMN dimana Ibu Menteri jika ke bandara selalu mengecek ke outlet Sarinah. Selain itu, dukungan dari Direksi lain juga positif karena kini semua sudah berpikir high competition, pemikirannya sudah kreatif dan inovatif.
Soal kualitas produknya bagaimana?
Dimanapun kita berada biasanya saya bilang ke team merchandicing untuk koordinasi dan melakukan pemetaan pasar setempat. Bagaimana seleranya, harganya, tampilannya sehingga kita menyediakan produk yang benar-benar sesuai dengan yang diinginkan pasar atau market driven.
Berapa banyak UKM yang dibina oleh Sarinah?
Di Jakarta, kalau di lantai 5 banyak handycraf sebagian besar produk UKM. Di lantai 4 ada batik, songket dan tenun, di lantai 3 ada home dekor, lantai 2 ada muslim dan anak – anak. Lantai 1 diisi oleh produk untuk pria, lantai upperground produk untuk ladies, lantai ground itu ada aksesoris dan minyak wangi. Kita combained dari lantai ground sampai lantai satu itu yang komersial, intinya bukan hanya UKM tetapi juga menguntungkan. (Drajat)