Tak selamanya soal uang. Modal usaha adalah proses. Jatuh bangun itu proses belajar sangat berharga, yang oleh banyak orang sayangnya cenderung terabaikan. Padahal, proses tersebut sangat mengasah naluri bisnis.
KELUHAN umum mereka yang belum berpengalaman dan berniat untuk memulai bisnis selalu ketiadaan modal (uang). Ketika mereka mempunyai uang; tanpa pikir panjang tentang kemampuan diri, tanpa konsultasi pada ahli bisnis; mereka memulai bisnis. Akibatnya fatal, uang habis, tenaga dan waktu terbuang, motivasi pun mendadak ngedrop.
Terlalu riskan memasuki bisnis yang belum anda ketahui dan anda kuasai. Bisnis selaiknya dimulai berdasarkan pengalaman, lalu dipadukan dengan inovasi. Terlalu banyak contoh para pemula yang kandas di awal usaha. Mereka melangkah coba-coba dengan modal uang, keberanian dan kesempatan. Sayangnya, sebelum usaha mengisyaratkan tanda-tanda sukses; modal habis, kesempatan terbuang, dan bukan tak mungkin dia terlilit utang di sana-sini.
Memulai usaha secara benar tak pernah instan. Masuk dan memulai usaha itu mempunyai tahapan, butuh proses. Sukses/kegagalan setiap tahapan selayaknya dimaknai sebagai pembelajaran demi meningkatkan naluri bisnis anda. Jangan pernah melupakan tahapan proses dengan mencari jalan pintas demi ambisi. Jika begitu, ketika gagal, anda dengan mudah menyalahkan situasi, kurang modallah, pasar sepilah, lokasi tidak strategislah dan seterusnya.
Keinginan dan kemauan keras untuk segera menjadi seorang wirausaha sesungguhnya merupakan modal awal. Inilah modal terpenting yang cenderung terabaikan karena kurang disadari para pemula. Inilah modal yang membantu anda untuk segera melangkah, bergerak. Tanpa langkah, anda mustahil sampai ke mana pun. Keberhasilan hanya jadi kisah mimpi tanpa langkah nyata anda.
Modal selanjutnya adalah belajar mendapatkan keahlian dan keterampilan berbisnis. Mengalami jatuh dan bangun itu metode terbaik. Dimensi belajar itu sendiri sangatlah luas. Di antaranya, banyak membaca bagaimana (orang lain) berbisnis, ikut kursus kewiraswataan atau mendengarkan kaset-kaset tentang penjualan dan pemasaran. Pembelajaran ini akan membuat anda tahu urut-urutan mana yang harus direncanakan dahulu dan mana proses yang harus dihindari.
Seperti belajar bersepeda, jika anda pertama kalinya merasa sudah bisa mengayuh, pencarian berikutnya adalah bersepeda bersama teman-teman. Dimulai dari jalan yang sepi (kecil risiko tabrakannya) sampai ke jalan raya yang ramai dengan risiko tersenggol dan tertabrak mobil. Begitu juga dengan bisnis. Naluri bisnis bisa ditempa dengan berbagai cara melalui pengalaman berbisnis.
Banyak cara mendapatkan pengalaman berbisnis dengan risiko kecil. Misalnya, membantu teman-teman berbisnis, atau bekerja pada pemilik usaha sebagai tenaga pembantu, atau menjadi tenaga penjual atau pemasaran. Itu semua tidak butuh modal uang. Sebaliknya anda mendapat uang gaji karena anda membantu mereka berbisnis. Ada bagusnya anda melalui tahap-tahapan itu dengan prestasi kerja yang baik, ulet, disiplin, bisa dipercaya, dan berdedikasi tinggi terhadap kelancaran bisnis.
Di posisi apa pun anda ditempatkan—entah tenaga pembantu, karyawan, tenaga pemasaran—anda memiliki nilai tambah di mata calon investor untuk menawarkan modal atau produk. Ketika peluang itu datang, itulah saatnya untuk mengkaji ulang status anda sebagai pegawai dan memutuskan hijrah demi menjalankan bisnis untuk diri sendiri.●(Nay)