UPACARA adat ini benar-benar melakukan pembakaran batu hingga membara. Setelahnya, bagian atas ditumpuk makanan yang akan dimasak. Prosesnya memakan waktu yang panjang.
Kaum laki-laki menyiapkan kayu, rumput, dan mencari bebatuan yang tidak mudah pecah. Sedangkan pihak perempuan bertugas mengumpulkan sayur, ubi jalar, daun pisang, jagung, dan sayur-sayuran.
Jika semua bahan sudah siap, hewan pun dimasukkan ke lapangan. Daging yang akan dimasak tidak langsung disembelih, tapi dipanah terlebih dahulu.
Bila babi atau ayam langsung mati, itu pertanda acara akan berjalan sukses. Jika tidak, ini isyarat acara akan bermasalah.
Prosesi ritual upacara bakar batu dilakukan seperti berikut:
- Batu ditumpuk di atas perapian dan dibakar hingga batu menjadi panas membara dan kayu bakar habis terbakar.
- Bersamaan dengan itu, warga lainnya menggali lubang yang cukup dalam dan diberi alas daun pisang dan alang-alang.
- Kemudian, batu panas tadi lalu dimasukkan ke dasar lubang tersebut.
- Setelah itu, daun pisang ditumpuk di atas batu panas dan di atasnya diletakkan daging yang sudah diiris-iris.
- Di atas daging ditutup dengan daun pisang, kemudian di atasnya lagi diletakkan batu panas dan ditutup kembali dengan daun.
- Ubi jalar (batatas), singkong (hipere), dan sayuran lainnya diletakkan di atas daun dan ditutup daun lagi.
- Di atas daun yang paling atas akan ditumpuk batu panas dan terakhir ditutup lagi dengan daun pisang dan alang-alang.
- Dimasak selama 1 jam. Asap akan mengepul dan aroma wanginya bisa membuat siapa pun tidak sabar untuk melahapnya.
- Setelah matang, semua anggota akan berkumpul dan membagi makanan itu. Mereka akan makan bersama di lapangan tengah kampung.
Bisa dibayangkan betapa lezatnya makanan yang proses memasaknya dilakukan secara alami. Tradisional banget. Tanpa perasa tambahan apalagi bahan pengawet. Menu tersebut disantap beramai-ramai dalam suasana guyub. Acara itu memang dimaksudkan untuk saling meneguhkan jalinan solidaritas internal antaranggota di dalam suku. Proses memasak di dalam lubang ini boleh dibilang merupakan versi lebih tua dari cara bikin nasi mandi yang khas Arab.