octa vaganza

Minyak Goreng Naik, Telur Naik, Elpiji Naik, Pelaku Usaha Kuliner Mikro Bingung

JAKARTA—Bingung. Demikian yang dialami oleh Ina Kusniati, pedagang nasi kebuli dan nasi kuning yang bisa mangkal sehari-hari di pinggir jalan dekat SMPN 227 Pejaten Barat.

Kenaikan beruntun minyak goreng, telur, kemudian diikuti elpiji menguras margin yang didapatnya yang tidak terlalu besar sebelumnya.

Biasanya Ina, mendapatkan Rp500 ribu per hari dan itu cukup menutupi modal yang mencapai Rp300 ribu.  

“Kemarin saya belanja buat modal hampir Rp700 ribu, tapi hari ini jualan hanya dapat Rp200 ribu,” ucap Ina kepada Peluang, Rabu (5/1/22).

Biasanya Ina menjual Rp10 ribu per porsi baik untuk nasi kuning maupun nasi kebuli, dengan harga seperti itu pelangggannya masih mendapatkan potongan daging kambing, selain acar, kerupuk dan sambal.

 “Sekarang harga kalau mau dinaikkan takut pelanggan pergi. Sementara kalau dikasih harga tetap tidak bisa mutar, kadang juga sepi. Kalau ada sisa nasi, saya sedekahkan ke tetangga,” ujar Ina lagi.

 Masalahnya suami Ina juga tidak bekerja.  Sehari-hari Sang Suami membantu usahanya ini agar tidak ada kesibukan.  Untungnya Ina masih punya usaha kue-kue  agar dapur keluarga masih berasap.

Dilema  yang sama dialami Atun, seorang pedagang nasi uduk di kawasan Cinere Depok.  Naiknya elpiji maupun sembalo, seperti minyak goreng, telur, cabai merah menguras marjin keuntungannya. Sementara harga nasi uduk dengan telur yang berkisar Rp10 ribu tidak bisa dinaikkan, karena daya beli pelanggannya memang sedang turun.

“Keuntungan saya memang merosot hingga  30 persen dengan total kenaikan ini. Saya bingung kalau harga nasi uduk dinaikkan mau dijual berapa? ” ujar Atun pasrah.

Sementara Ketua Koperasi Warung Tegal Mukroni menyebutkan secara umum kenaikan elpiji non subsidi yang 5,5 kilogram hingga 12 kilogram tidak terlalu berdampak bagi usaha anggota, walau ada yang memakai elpiji non subsidi.

Namun yang dikhawatirkan pedagang kuliner dan rumah tangga yang tadinya memakai elpiji 12 kilogram dan 5,5 kilogram ramai-ramai membeli elpiji nonsubsidi akan menjadi masalah lain, karena menyebabkan kelangkaan. Akhirnya elpiji nonsubsidi tidak tepat sasaran,

Bagaimana pemerintah bisa mengontrolnya masih ditunggu.  Saat ini saja di lapangan perburuan terhadap elpiji melon sudah terjadi.

Mengenai kenaikan harga minyak goreng, telur, cabai merah, Mukroni berharap hanya temporer. Kalau hanya bulan Januari kenaikan beruntun itu, para pedagang warteg masih bertahan dengan mengurangi margin.

“Tetapi kalau kenaikan itu terus berlangsung hingga berbulan-bulan, maka pedagang warteg terpaksa menaikkan harga, daripada buntung. Padahal daya beli juga belum pulih.  Jadi pertanyaan apakah akibatnya membuat ekonomi kembli melesu?” ujar Mukroni.

Jadi kalau pemerintah tidak mengatasi masalah yang lebih serius menanti dan itu bukan main-main (Irvan).

Exit mobile version