TASIKMALAYA—Petani teh di Desa Raksa Sari, Kecamatan Taraju, Kabupaten Tasikmalaya membuktikan bahwa mereka juga mampu mempunyai brand teh, yang tak kalah dengan pabrik besar.
Kelompok tani beranggotakan sekitar 60 orang ini berdiri pada 2008. Di antara mereka terdapat Karyana yang mendirikan pabrik pada 2014 dengan brand Mimiitea.
Menurut Karyana, teh yang dihasilkan kelompok taninya selain berkualitas diolah tanpa menggunakan pestisida. Pemetikan dan pengolahan adalah tradisi yang dipertahankan dengan sentuhan tangan, dibantu dengan peralatan teknologi ramah lingkungan sehingga menghasilkan teh alami yang bermutu tinggi.
“Teh kami lebih bermanfaat bagi konsumen yang memperdulikan kesehatan, Teh produk kami selain dijual kiloan, juga dijual dalam bentuk teh celup tak kalah dengan brand terkenal,” ujar pria kelahiran 1971 ini ketika dihubungi Peluang, Rabu (9/6/21).
Kelompok tani ini mempunyai lahan yang luasnya 150 hektare. Dalam satu hari kapasitasnya satu ton daun teh yang menghasilkan 250 kilogram teh kering. Harganya tergantung kualitas, tapi berkisar Rp1 juta hingga Rp1,5 juta per kilogram.
Sementara produk olahan teh celup dibandroll dengan harga Rp10 ribu per bags. “Kalau untuk teh celup kapasitas kami 40 bags per hari,” ujar Karyana seraya menyebutkan pasarnya sudah mencapai Lampung, Bali dan Kalimantan.
Sebelum pandemi Mimitea mampu meraup omzet antara Rp30-40 juta per bulan. Namun pandemi juga sempat memukul hingga omzet jatuh hingga 50 persen. Untungnya dua bulan terakhir omzet kembali normal.
“Ke depan kami akan meningkatkan kapasitas produksi,” tutup Karyana, yang orangtuanya juga petani (Irvan).