TEKAD Koperasi BMI melawan kapitalisme tidak selalu berjalan mulus. Ada saja pihak-pihak yang merasa terganggu dengan sepak terjangnya. Terutama dari para rentenir atau bank emok (istilah populer di Kabupetan Tangerang dan sekitarnya) dan kaki tangannya.
Seperti yang dialami di Desa Dukuh Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang pada pertengahan Maret lalu. Saat itu, seorang staf lapang Kopsyah BMI Cabang Cikupa, Dicky, sedang menghadiri pertemuan di Rembug Pusat Bulan di desa tersebut.
Ketika acara sedang berlangsung, tiba tiba datang salah seorang oknum Desa Dukuh yang menghampiri dan tanpa basa basi menyampaikan pesan bahwa aparat desa akan menutup semua akses koperasi dan bank emok yang hadir di wilayahnya. Termasuk pertemuan dalam rembug pusat yang diadakan oleh Kopsyah BMI tersebut. Sontak, sikap yang arogan dan tidak mengenakkan itu mendapat perlawanan dari anggota rembug pusat Bulan.
Ketua Rembug Pusat Bulan, Yosi, langsung berdiri dan berteriak lantang kepada oknum aparat Desa tersebut. “Apa dasarnya anda mau membubarkan rembug pusat kami. Kami ini Kopsyah BMI, beda sama yang lain seperti Bank gelap berkedok koperasi. Anda ini harus tahu bahwa kami berusaha meningkatkan kesejahteraan ekonomi dengan bergabung dengan Kopsyah BMI,” teriak Yosi yang diikuti teriakan lantang dari semua anggota rembug. Mendengar penolakan keras, akhirnya oknum aparat tersebut langsung ngacir dan meninggalkan tempat pertemuan.
Menurut bara, ada tiga hal mendasar untuk menangkal dan meminimalisir dampak bank emok yang merupakan bagian dari sistem kapitalisme. Ketiganya yaitu, edukasi warga agar tidak meminjam di luar kemampuannya, perketat izin pendirian dan operasional koperasi oleh Kemenkop dan UKM serta Kemenkum HAM, serta evaluasi lembaga keuangannya agar bertindak sesuai prinsip dan jatidiri koperasi. (Kur)