JAKARTA—-Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang. Ungkapan itu pas sekali menggambarkan tekad anak-anak muda, kaum milenial yang tergabung dalam Divers Club Action (DCA) dalam mengurangi lautan dari sampah, terutama sampah plastik.
Pendiri DCA Switenia Puspa Lestari (26 tahun) menyampaikan, gerakan ini bermula kegemarannya menyelam. Karena hobi itu dara yang karib disapa Tenia mengetahui kondisi di bawah laut Indonesia ternyata tidak sebersih yang dibayangkan.
Kemudian dia mengajak kawan-kawannya untuk menyelam bersama mengambil sampah. Akhirnya pada Februari 2016 ia dan bersama rekan-rekannya mendirikan DCA.
Dalam suatu kegiatan alumni Teknik Lingkungan ITB ini mampu mengangat 64 kilogram sampah dari perairan pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, beragam jenis, mulai dari kulkas, saset, kantong plastik, sedotan hingga popok bayi.
“Kami juga pernah mengumpulkan 3,000 sachet plastik yang berhasil dikurangi dari program toko curah di 1 pulau, dan pengurangan sedotan plastik skeali pakai sebesar 91% dari gerai cepat saji,” kata Tenia kepada Peluang melalui WhatsApp, Selasa (14/7/20).
Bahkan pandemi Covid-19 tidak menghalangi dara kelahiran Bogor, 23 Februari 1994 dan teman-temannya berupaya mengurangi sampah plastik. Kegiatan lapangan diminimalisir, sementara kegiatan dalam bentu koordinasi dan ampanye secara dimaksimalkan.
Melalui kolaborasi dengan lembaga kesehatan masyarakat, DCA dapat mengkampanyekan hubungan erat antara sampah plastik dan virus Covid-19. Plastik dapat mengandung virus sampai 3 hari lamanya jika tidak ditangani dengan baik.
Kegiatan DCA di kepulauan seribu yaitu pengembangan masyarakat pesisir tetap berjalan dan telah mengelola sampah menjadi baju.
“Kegiatan ini melibatkan lebih dari 2 ribu masyarakat secara langsung, dan menciptakan beberpaa kesepakatan inovasi dari sistem pengelolaan sampah bersama dengan pemerintah daerah dan LSM terkait,” papar Tenia.
Ketika ditanya tentang peraturan pelarangan penggunaan kantong plastik, menurut Tenia peraturan membantu mengurangi permasalahan plastik sekali pakai langsung dari sumber.
“Plastik sekali pakai seperti kresek adalah sampah yang paling banyak kita temukan di pinggir pantai dan laut secara jumlah,” kata dia.
Tenia menyebutkan, sepengatahuannya, dengan adanya pelarangan yang sudah efektif berjalan di 23 kota/kabupaten, terbukti sampah kantung kresek sudah berkurang.
“Sebagai contoh di Balikpapan berkurang 50 juta lembar, Bogor berkurang 1,7 ton sampah plastik per hari,” pungkasnya (Irvan Sjafari).