hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

MERCUSUAR PEMBERDAYAAN EKONOMI YANG TETAP BERSINAR DI TENGAH PANDEMI

Koperasi BMI dengan Model BMI Syariah-nya terus memberikan layanan terbaik kepada anggota. Inovasi digital dikembangkan dengan tetap menjaga semangat kemandirian dan gotong royong yang menjadi karakter koperasi.

Situasi krisis seperti pandemi Covid-19 saat ini menjadi ujian obyektif untuk mengetahui mana loyang mana emas. Loyang-sebutan untuk sesuatu yang tidak berharga- hanya memikirkan diri sendiri dan tidak peduli pada yang lain. Sementara emas, selain berpikir kepentingan sendiri juga tetap peduli pada pihak lain terutama kelompok rentan yang terdampak.

Presiden Direktur Koperasi BMI, Kamaruddin Batubara mengatakan bahwa saat ini kesadaran dan kemandirian anggota koperasi tengah diuji. “Situasi sekarang menjadi ujian kita semua untuk menunjukkan komitmen berkoperasi yang sebenarnya,” ujar Kamaruddin Batubara, biasa disapa Bara.

Anggota akan diuji sejauh mana komitmen berkoperasi misalnya dengan tidak menarik dana simpanan untuk menjaga agar likuiditas koperasi tetap aman. Alhamdulilah, sejauh ini anggota tetap menunjukkan militansinya baik dengan tidak menarik simpanannya maupun tetap berbelanja di toko-toko ritel milik koperasi.

Sementara koperasi diuji komitmennya untuk tetap memberikan layanan prima dan konsisten menjalankan Model BMI Syariah. Dalam hal ini, Koperasi BMI terus mendorong dan mendampingi anggota agar bisa melewati masa-masa kritis.  Berbagai cara dilakukan agar usaha anggota tetap berjalan meski dihadapkan pada tantangan yang tidak ringan.

Beberapa upaya yang telah dilakukan antara lain mengalihkan usaha anggota untuk memproduksi barang yang sesuai dengan kebutuhan saat ini. Misalnya, anggota yang berprofesi usaha konveksi pakaian, dialihkan untuk memproduk masker dan Pakaian APD (alat pelindung diri) buat tenaga medis dan kesehatan. Selain itu, bagi anggota yang memproduksi detergen atau sabun, diarahkan untuk memproduksi hand sanitizer dan desinfektan.

Untuk anggota yang mempunyai usaha di sektor makanan juga terus diberdayakan dan ditunjang akses pasarnya. Dengan begitu, anggota tetap produktif dan kesejahterannya tetap terjaga.

Selain memberi pendampingan, Koperasi BMI juga membantu dalam aspek penjualan dengan membeli produk-produk anggota untuk kegiatan amal. Tercatat, Koperasi BMI telah membeli lebih dari 2000 lusin masker untuk dibagikan gratis kepada seluruh anggota serta masyarakat di seluruh wilayah pelayanan. Koperasi BMI juga telah berupaya memperluas akses pemasaran produk anggota baik di pasar domestik maupun pasar ekspor.

Untuk consumer food seperti kurma, Kopmen BMI membeli produk anggota dalam jumlah besar hingga ratusan dus untuk pemenuhan kebutuhan di gudang, minimarket dan grosir milik Kopmen BMI.

Bara menambahkan, selain pendampingan dan membantu pemasaran produk anggota Koperasi BMI juga telah menerapkan alat pembayaran nontunai berupa uang digital yaitu Duit Online (DO-BMI) khusus untuk anggota.  Dengan begitu, semua anggota bisa berbelanja dengan mudah tanpa uang tunai. Ini sesuai dengan arahan Pemerintah dalam memberlakukan social distancing dan physical distancing untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. “Transaksi nontunai menjadi bagian dari upaya digitalitasi Koperasi BMI,” ujar Bara.

Meski dihadapkan pada tantangan yang tidak ringan, namun tidak melunturkan komitmen Koperasi BMI untuk menjalankan agenda pemberdayaan sosial untuk anggota. Koperasi BMI tetap melaksanakan sejumlah kegiatan sosial antara lain pembangunan hibah rumah siap huni, pemberian santunan duafa, santunan yatim, pemberian masker dan hand sanitizer gratis, penyebaran stiker dan poster pola hidup sehat melawan Covid 19, dan pelayanan ambulan serta biaya operasionalnya bagi yang membutuhkan.  

Perkuat Permodalan

Sepak terjang Koperasi BMI yang cemerlang selama ini mendapatkan pengakuan dari berbagai lembaga baik pemerintahan maupun swasta di level domestik dan internasional.  Seperti ditunjukan oleh Unit Pengelola Dana Bergulir (UPDB) Kabupaten Tangerang yang kembali memberikan dana bergulir kelima kalinya kepada Kopsyah BMI.

Kopsyah BMI dinilai sebagai koperasi yang berkategori sehat berdasarkan release dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Tangerang. “Ini adalah akad yang kelima kali Kopsyah BMI mengakses dana bergulir dari UPDB Kabupaten Tangerang. Kali ini plafon yang diakses sebesar Rp20 miliar untuk jangka waktu selama 36 bulan,” ujar Rizky Maria Girsang Direktur UPDB Kab. Tangerang.

Kopsyah BMI juga dinilai memiliki rekam jejak yang bagus dari segi penyaluran kepada usaha mikro dan dari segi pengembalian. Selain itu, memiliki anggota yang rata-rata pelaku usaha di tingkat akar rumput sehingga dinilai cocok untuk mengembangkan usaha mikro melalui dana bergulir dari Pemkab Tangerang.

Dalam catatan UPDB Kabupaten Tangerang, Kopsyah BMI telah membantu permodalan ke lebih dari 12.000 orang anggota di Kabupaten Tangerang  melalui dana bergulir. Ini sesuai dengan target pasar yang dibidik pengelola dana bergulir agar usaha mikro semakin menggeliat.

Mengingat pandemi Covid-19, seluruh koperasi penerima dana bergulir dari UPDB Kab. Tangerang diberikan relaksasi ntuk tidak membayar pokok selama 6 bulan pertama. Sehingga yang dibayarkan hanya bunganya saja. Ini memberikan sedikit nafas bagi koperasi untuk mengurangi beban biaya sekaligus menjaga ruang likuiditas.

Role Model Pengelolaan Ziswaf

Islam menganjurkan umatnya agar menafkahkan sebagian harta dan tidak menumpuk kekayaan. Ini bertujuan agar  distribusi kesejahteraan masyarakat tersebar secara merata. Ada banyak instrumen yang bisa digunakan seperti zakat, infak, sedekah, dan wakaf (Ziswaf).

Untuk optimalisasi pengelolaan Ziswaf yang potensinya disinyalir mencapai ribuan triliun, Bara mendesak adanya revisi regulasi yang mengatur hal tersebut. “Kita harus segera revisi UU Wakaf, UU Zakat dan Sedekah. Kita harus lebih takut tidak membayar zakat daripada tidak bayar pajak, kita lebih takut tidak berwakaf daripada tidak mewariskan apa apa pada anak anak kita nanti. Saatnya kita betul betul manfaatkan potensi wakaf. Dengan optimalisasi potensi tersebut, kita tidak perlu lagi meminjam uang dengan menghutang ke luar negeri, kita bisa mandiri,” tegasnya saat Zoom Meeting dalam Sharia Micro Business Forum, beberapa waktu lalu.

Seperti diketahui, Kopsyah BMI mendapatkan predikt Nazhir Wakaf Terbaik Nasional Tahun 2019 dari Kementerian Koperasi dan UKM. Salah satu kunci sukses keberhasilan tersebut adalah memberikan edukasi terus menerus kepada seluruh karyawan dan anggota Koperasi BMI. Selain itu  menggelar TOT (Training of Trainer) wakaf untuk anggota sehingga terbentuklah agen-agen wakaf yang militan. Meski tidak digaji, mereka berjuang maksimal, dan mengharapkan keberkahan dalam setiap upayanya.

Selain itu, Koperasi BMI juga menetapkan target yang terukur bagi setiap anggota dalam menyalurkan wakaf melalui uang (WMU). Targetnya adalah sebesar Rp1 juta  yang dapat dibayarkan sekaligus atau dengan mencicil.

“Kita buat target dalam setiap pertemuan disisihkan wakaf senilai Rp2000 per minggu. Alhamdulillah anggota merasa senang juga ikhlas, tidak terasa nyicilnya, tapi terasa hasilnya. Jika sudah mencapai 1 juta, maka kita berikan sertifikat wakaf kepada anggota tersebut,” ujar Bara.

Dengan praktik tersebut, dalam sebulan dapat terkumpul WMU sebesar Rp2 miliar. Tujuan WMU pun beragam sesuai dengan niat pemberinya. Ada yang bertujuan untuk membeli lahan swah produktif 100 Ha, pembangunan masjid, pembangunan sarana Pendidikan Islam dari mulai TK hingga Perguruan tinggi serta untuk pembangunan rumah sakit gratis. Dengan demikian, sejak awal anggota sudah mengetahui tujuan kemanfaatan wakafnya.

Selain WMU, anggota Kopsyah BMI dihimbau untuk melakukan infaq setiap minggu sebesar Rp1000. Dari pengumpulan dana infaq, Kopsyah BMI telah berhasil membangun lebih dari 260 rumah siap huni yang dihibahkan buat anggota dan masyarakat yang layak dan membutuhkan.

Dampak  Ziswaf akan lebih menggema jika dilakukan secara struktural atau melibatkan peran negara. “Saya punya pemikiran kenapa tidak, pengelolaan dana Ziswaf ini ditempatkan langsung di bawah Kementerian Keuangan misalnya menjadi sebuah Direktorat Pengelolaan Dana Ziswaf, agar Negara bisa mengelola itu dan menggunakannya untuk kemaslahatan bangsa ini,” ujar Bara.

Pada kesempatan yang sama dalam Zoom Meeting -Sharia Micro Business Forum, Ketua Umum PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil) Aslichan Burhan memuji keberhasilan WMU yang dilakukan Kopsyah BMI. 

“Idealnya setiap koperasi syariah melembagakan unit Baitul Maal-nya, selain menghimpun zakat, infaq, shadaqah, juga menjadi nazhir wakaf untuk dapat mengoptimalkan penghimpunan dan pengelolaan wakaf yang andal seperti di Kopsyah BMI dan bisa menjadi mercusuar pemberdayaaan ekonomi dengan berbagai kegiatan ekonomi produktif seperti pasar desa, sentra distribusi, pertanian, peternakan, perikanan, bengkel, lainnya yang berasal dari dana wakaf tersebut” ujar Aslichan Burhan.

Ia juga memuji sikap Kopsyah BMI yang tidak mengambil hak atas perannya sebagai nazhir wakaf. Ini menjadi nilai lebih dari manajemen Koperasi BMI. Atas peran dan gagasan yang dijalankan Kopsyah BMI, dengan jujur ia mengaku bahwa osok Kamaruddin Batubara adalah seorang Mujahid Pemberdayaan Masyarakat.

PINBUK juga berharap, pengelolaan Ziswaf Kopsyah BMI dapat menjadi inspirasi bagi kopsyah atau BMT lain di seluruh Indonesia. Ini dilakukan dalam kerangka untuk memajukan ekonomi umat dan kemandirian bangsa.

pasang iklan di sini