Fokus  

Menyelamatkan Kelas Menengah

Di tengah tingginya ekspektasi pemerintah RI untuk membawa Indonesia masuk ke dalam kelompok negara maju (G20) dengan mengoptimalkan bonus demografi untuk menuju Indonesia Emas 2045, ternyata pilar ekonomi nasional kembali goyah.

Pemicunya adalah karena turunnya populasi masyarakat kelas menengah yang selama ini diyakini akan menjadi motor penggerak perekonomian nasional.

Apa daya, tekanan ekonomi yang demikian berat, ditambah dengan turunnya sebagian pendapatan masyarakat telah menjadikan sebagian penghuni kelas menengah harus turun posisi ke kelompok rentan.

Tidak seperti kelompok masyarakat atas yang relatif tak tersentuh krisis, atau masyarakat miskin yang mendapatkan banyak skema bantuan baik dari pemerintah dengan berbagai fasilitas seperti Kartu Indonesia Pintar, bansos, raskin, hingga berbagai program corporate responsibility yang diinisiasi oleh dunia usaha, masyarakat di kelompok kelas menengah praktis hidup tanpa fasilitas bantuan dari pemerintah.

Ini bukan situasi yang diinginkan. Masyarakat kelas menengah selama ini dikenal sebagai kelompok yang well educated dan diharapkan dapat naik kelas ke kelompok masyarakat kelas atas. Lebih ironis lagi karena fenomena ini terjadi ketika kita sedang sibuk mencari solusi atas trend middle income trap — jebakan negara dengan populasi terbesar kelas menengah yang gagal naik kelas.

Tentu kita tak bisa tinggal diam menerima nasib. Pemerintah, pelaku usaha, dan kita semua harus bahu membahu menyelamatkan kelas menengah, karena sebagian besar masyarakat penghuni kelompok kelas menengah itu adalah kita sendiri.

Exit mobile version