hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Berita  

Menteri Agus: Ketergantungan AS Pada Impor Baja Lapis Peluang Industri Nasional untuk Manfaatkan

Menperin Agus Ingatkan Konsistensi Penindakan Penyelundupan Impor Ilegal
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita/dok.ist

PeluangNews, Jakarta – Indonesia memiliki peluang untuk memanfaatkan ketergantungan Amerika Serikat terhadap kebutuhan baja lapis.

Menurut Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, walaupun tarif impor baja di Amerika Serikat (AS) dapat mencapai 50%, jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata tarif produk lain yang berkisar 19%, negeri itu tetap bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan baja lapisnya.

“Hal ini menjadi celah yang berhasil dimanfaatkan oleh industri nasional. Amerika tetap membutuhkan baja lapis, dan Indonesia mampu menyediakannya dengan kualitas tinggi,” ujar Agus dalam keterangan tertulisnya, dikutip Minggu (20/7/2025).

Disebutkan, bahwa produk baja dimaksud berasal dari PT Tata Metal Lestari yang mengekspor sebanyak 10.000 ton baja lapis ke AS dengan nilai US $12,6 juta atau sekitar Rp 205,54 miliar (kurs Rp 16.306 per dollar AS).

Tata Metal bekerja sama dengan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk sebagai pemasok bahan baku. Pelepasan ekspor dilakukan langsung oleh Agus Gumiwang pada Jumat (18/7/2025) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

Menurut Agus, ekspor ini mencerminkan daya saing industri baja nasional di tengah tantangan perdagangan global, terutama dari kebijakan tarif tinggi AS melalui section 232.

Tata Metal telah melakukan ekspor baja ke AS dan Kanada secara berkelanjutan sejak Oktober 2024. Target ekspor tahun ini dipatok mencapai 69.000 ton, atau naik 133% dibandingkan capaian 2024.

“Kinerja ini juga mencerminkan kekuatan ekosistem industri baja nasional yang mampu memproduksi baja berstandar internasional dan diterima di pasar global, bahkan di tengah dinamika kebijakan perdagangan yang terus berubah,” katanya.

Dia menyoroti sinergi antara Tata Metal dan Krakatau Steel sebagai elemen penting dalam daya saing industri baja domestik.

“Sinergi ini (antara Tata Metal Lestari dan Krakatau Steel) mencerminkan kekuatan ekosistem industri baja nasional yang solid dan mampu menjawab tantangan serta peluang pasar global,” katanya.

Sementara itu, VP of Operations PT Tata Metal, Stephanus Koeswandi mengutarakan bahwa ekspor kali ini mencakup tiga jenis produk: BJLAS (Baja Lapis Aluminium Seng) bermerek Nexalume, BJLS (Baja Lapis Seng) bermerek Nexium, dan BJLS Warna bermerek Nexcolor.
“Produk yang diekspor telah melalui proses pelapisan baja dan pelapisan warna sesuai standar kualitas internasional, dan digunakan sebagai bahan baku roll-former untuk industri konstruksi di AS,” ujar dia.

Stephanus mengatakan, ekspor tahun ini dimulai dengan 5.000 ton pada Februari dan terus meningkat tiap bulan hingga mencapai 10.000 ton pada Juli.

“Ini adalah bukti bahwa produk nasional mampu menjawab kebutuhan industri konstruksi global, khususnya di pasar Amerika yang tetap terbuka,” kata Stephanus.

Di sisi lain, Direktur Utama PT Krakatau Steel, Muhamad Akbar Djohan menambahkan, kerja sama antara kedua perusahaan memperkuat pondasi industri baja nasional, termasuk dalam ekspansi ke pasar internasional.

Melalui anak usaha Krakatau Baja Industri, Krakatau Steel memiliki kapasitas manufaktur dalam memproduksi baja lembaran dingin (CRC) yang telah diterima di pasar ekspor.

“Kami mendukung ekspor ini dengan pasokan baja lembaran berkualitas tinggi. Ekspor ini tidak hanya memperluas pasar, tetapi juga meningkatkan utilitas pabrik dan memperkuat struktur industri hulu-hilir dalam negeri,” ucap Akbar, menutup. []

pasang iklan di sini