JAKARTA—-Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, kepanikan akibat permintaan bawang putih secara tiba-tiba tinggi menjadi penyebab utama hargamelambung tinggi sejak awal 2020.
Tinggi permintaan tidak bisa dilepaskan dengan isu virus corona di Tiongkok. Apalagi bawang putih diimpor dari Tiongkok, sehingga muncul spekulasi akan adanya gangguan pasokan maupun keamanan.
“Karena publik panik, mereka beli lebih cepat. Distributor
juga ikut mengurangi karena menilai wabah corona membuat bawang putih tidak
masuk Indonesia,” ungkap Syahrul dalam Rapat Dengar Pendapat di Komisi IV DPR,
Jakarta, Senin (18/2/20).
Padahal berdasarkan data yang dimiliki Kementan hingga saat ini masih terdapat
pasokan bawang putih di Indonesia sebanyak 120 ribu ton. Kemudian, pada
Maret-April akan terjadi panen dalam negeri sekitar 30 ribu ton.
Sementara rata-rata konsumsi bulanan bawang putih nasional sebanyak 47 ribu
ton.
“Dengan demikian daya tahan ketersediaan bawang putih kita masih cukup untuk tiga bulan ke depan, menurut kita,” ujar Syahrul heran.
Lantaran kepanikan dalam negeri yang cukup besar, mau tidak mau Kementan menerbitkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) demi meredam gejolak harga dan psikologis pasar.
Impor bawang putih dari Tiongkok juga tidak dilarang karena dinyatakan bawang putih tidak menularkan virus corona.
“Mudah-mudahan langkah ini meredam gejolak di dalam negeri. Apalagi, sebentar lagi bulan puasa jadi bahan pokok harus dipersiapkan,” kata dia.
Rekomendasi impor yang diterbitkan mengungkapkan sebanyak 103 ribu ton bawang putih siap dipasok. Kementerian Perdagangan kemudian telah menerbitkan Surat Persetujuan Impor sebanyak 60 ribu ton untuk mengamankan pasokan hingga Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada Mei mendatang.








