Berita  

Mentan: Lahan Rawa yang Digarap untuk Pertanian di Luar Hutan Produktif

Mentan Andi Amran Sulaiman | dok.ist

Peluang News, Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan bahwa optimasi lahan rawa yang dilakukan pihaknya selama ini tidak berada di kawasan hutan produktif.

Namun, lahan rawa yang digarap untuk meningkatkan pertanian adalah rawa mineral. Sebagian besar telah terolah, meski dengan tingkat produktivitas yang masih rendah.

“Itu rawa mineral yang sebagian besar sudah digarap, tetapi IP (Indeks Pertanaman)-nya satu kali, bahkan produktivitasnya 2 ton. Kami naikkan IP-nya menjadi tiga kali, kemudian produktivitasnya dari 3 ton menjadi, 5 ton, bahkan 7 ton,” kata Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, di sela kunjungan kerja di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, sebagaimana keterangan diterima di Jakarta, Rabu (8/1/2025).

Menurut Amran, upaya optimasi lahan rawa dilakukan dengan meningkatkan IP dari sekali tanam menjadi dua bahkan tiga kali dalam masa tanam. Dengan begitu produktivitas padi juga meningkat.

Optimasi lahan rawa, lanjutnya, tidak berdampak buruk pada krisis iklim atau lingkungan, karena sektor pertanian yang dikelola tetap aman dan ramah lingkungan. Namun, dia tidak menyebutkan secara rinci dimana saja daerah lahan rawa yang dikelola tersebut.

Amran menyampaikan itu menjawab wartawan terkait adanya rencana Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni dalam memanfaatkan lahan hutan cadangan sebagai sumber ketahanan pangan, energi, dan air.

Dia mengaku pihaknya mengolah lahan seluas 1 juta hektare di Kabupaten Merauke, Papua Selatan. Di kawasan ini, Kementan membidik dapat menjadikan kawasan tersebut menjadi penopang untuk mencapai lumbung pangan dunia.

Sebelum ini, Menhut Raja Juli Antoni mengungkapkan rencana besar pemerintah dalam memanfaatkan lahan hutan cadangan sebagai sumber ketahanan pangan, energi, dan air.

Raja Juli usai rapat terbatas di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (30/12), menjelaskan konsep baru ini akan menjadi dukungan langsung bagi program Kementan dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

“Kami sudah mengidentifikasi 20 juta hektare hutan yang bisa dimanfaatkan untuk cadangan pangan, energi, dan air,” katanya.

Dia mengaku salah satu fokus utama adalah budi daya padi gogo, yaitu padi yang dapat tumbuh di lahan kering.

Menhut memperkirakan ada potensi sekitar 1,1 juta hektare lahan yang bisa menghasilkan hingga 3,5 juta ton beras per tahun. Jumlah ini setara dengan total impor beras Indonesia pada 2023.

Selain itu, pemerintah juga berencana menanam pohon aren sebagai sumber bioetanol. []

Exit mobile version