hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Mentan: Kelangkaan Beras Premium di Toko Ritel Terjadi Pasca Merebaknya Kasus Beras Oplosan

Mentan Amran Sulaiman | dok. Ist

PeluangNews, Jakarta – Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menegaskan, kelangkaan beras premium di toko ritel modern dipengaruhi oleh pengusaha ritel yang berhati-hati pasca merebaknya kasus beras oplosan.

“Enggak masalah. Aku tanya, kalau orang benar takut enggak? Kalau salah, takut enggak?,” kata Amran usai hadiri Panen Raya Jaksa Mandiri di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, dikutip Rabu (20/8/2025).

Mentan meminta produsen yang ingin menjual beras premium di ritel melakukan dengan cara yang benar. Yakni, tidak memberikan harga tinggi jika kualitas berasnya tidak sesuai.

“Jangan isinya beras biasa harga Rp12.000, broken-nya 30-50%, tetapi harganya Rp17.000 (labelnya) premium. Itu enggak benar,” kata dia, menandaskan.

Dia mengutarakan ada beras premium yang ternyata oplosan karena mayoritas berisi beras patahan (broken rice). Hal ini diketahui dari hasil pemeriksaan, bahwa kadar broken rice pada beras dimaksud mencapai 59% tapi dijual dengan harga premium.

Sebagai catatan, beras broken atau beras pecah merupakan butiran beras yang patah atau pecah saat proses penggilingan.

Meskipun patah, beras broken masih memiliki kualitas yang baik dan layak dikonsumsi. Akan tetapi, beras broken umumnya dijual dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan beras premium.

Menurut Amran, beras oplosan dengan kadar broken 30, 40 hingga 59% seharusnya dijual seharga Rp 12.000 per kilogram.

“Itu harga standarnya Rp 12.000, tapi kenapa dijual Rp17.000? yang dijual adalah kemasannya,” kata dia.

Sebelum ini Mentan Amran Sulaiman mengungkapkan kasus beras oplosan memicu pergeseran perilaku konsumen yang kini memilih berbelanja di pasar tradisional karena harga lebih murah dan kualitasnya dianggap baik.

Harga beras premium di pasar tradisional hanya sekitar Rp13.000 per kilogram, jauh di bawah harga di ritel modern yang berkisar Rp 17.000–Rp 18.000 per kilogram (kg).

“Ada pergeseran, konsumen lari ke tradisional. Dia lebih percaya tradisional, transparan, terbuka, murah,” kata Amran saat konferensi pers di Gedung Kementerian Pertanian, Rabu (13/8/2025).

Jika beras premium di ritel modern sedang kosong, hal itu tidak menjadi masalah bagi sebagian pihak.
Justru kondisi tersebut dianggap menguntungkan bagi pedagang kecil dan penggilingan beras skala kecil. Alhasil, penjualan pedagang dan penggilingan kecil meningkat, sehingga mereka mendapatkan tambahan pendapatan.

Amran menambahkan, pasokan beras ke pasar tradisional mayoritas berasal dari penggilingan beras skala kecil dan menengah, sementara ritel modern disuplai oleh pabrik besar. []

pasang iklan di sini