Stress, terpuruk, depresi dan merasa ditinggalkan. Itulah traumatis yang acapkali menghinggapi para mantan karyawan/pegawai/pejabat yang memasuki usia pensiun. Apakah mungkin karena kurangnya persiapan mental spiritual, atau mungkin juga material?.Menyandang predikat sebagai pensiun sebenarnya bukanlah hal yang harus ditakuti. Pensiun hanyalah berhenti dari suatu pekerjaan rutin atau formal seperti seorang karyawan atau pengurus sebuah organisasi.
Yang patut dicermati, ketika memasuki masa pensiun, tidak hanya pada kesiapan finansial, tetapi persiapan mental sebelum pensiun harus lebih dimatangkan karena bisa berdampak buruk terlebih secara psikologis.
Tulisan ini tak bermaksud menggurui para sahabat saya, tapi sekadar berbagi pengalaman dari apa yang sudah saya jalani sebagai pensiunan dari Awak Kabin Garuda Indonesia. Setidaknya tulisan singkat ini bisa jadi referensi bagi sahabat yang akan memasuki masa pensiun. Bahwa menjadi pensiunan juga menyenangkan.
Dari referensi yang saya pelajari ada tiga katagori pensiunan, yaitu :
Tipe A (Aktif), orangnya selalu senang, semangat dan sangat menikmati kebebasan pensiun. Ia malah semakin kreatif dengan membuka usaha serta menyalurkan hoby yang sebelumnya terabaikan ketika masih bekerja. Pensiunan type ini memang sudah terbiasa memanfaatkan waktu luang/libur untuk usaha sampingan dan berorganisasi.
Type B (Bertahan), masih menikmati pensiun dengan hidup sederhana. Ia lebih memilih cara aman dengan uang pensiunan dan menghindari berbagai tawaran investasi karena tak ingin mengalami kerugian besar. Pensiunan tipe ini hanya ingin menjaga ketenangan hidup dan meningkatkan ibadah.
Type C, adalah pensiunan introvert, kurang percaya diri, dan kurang mempersiapkan diri baik dari sisi mental dan spiritual, bahkan tidak pula punya persiapan material (financial planning). Tetapi orang tipe ini juga banyak yang tidak menyerah dengan kehidupan dan mencoba bekerja walaupun jauh dari kompetensi profesi sebelumnya misalnya jadi driver ojol atau grab, beternak/bertani.
Tips Sederhana
Untuk meraih kesejahteraan keluarga di masa pensiun, silahkan masing-masing praktikan cara berikut ini sebagai persiapan mental, spiritual dan material.
#1 Memahami Identitas Diri.
Kenali dirimu maka akan Mengenali Tuhanmu. Kalau kita mengenal siapa diri kita (muhasabah diri), otomatis akan memahami kelemahan dan kekuatan yang ada pada diri.
Kesehatan, kekuatan fisik dan mental adalah modal kita untuk terus bertindak optimis, sehingga kita bisa menyiapkan masa depan yang lebih baik di masa pensiun.
#2 Membangun Hubungan dengan Orang Lain.
Dalam membangun hubungan contoh saya seorang mantan Awak Kabin atau Purser itu banyak punya relasi penumpang/pelanggan dari mulai kita berhadapan dengan orang yang berpendidikan rendah hingga level menteri sekalipun, kita bisa nyambung berkomunikasi dan tentu bisa berlanjut setelah purna tugas. Begitu juga dengan mantan pegawai dan karyawan lain bisa memanfaatkan relasi relasi atau mitra dan rekan kerja untuk dijadikan aset potensial dalam pengembangan usaha baru di masa pensiun.
Ketika kita masih aktif bekerja, terkadang kita abai menjaga dan merawat hubungan baik dengan relasi ataupun mitra kerja, sehingga pada saat pensiun kita pun kehilangan jaringan usaha.
#3 Fokus pada Tujuan Hidup.
Ibarat sebuah organisasi diri kita dan keluarga juga harus punya visi, misi yang akan menjadi landasan atau guidance dalam meraih dan menuju tujuan hidup.
Tujuan Hidup bisa dirumuskan sederhana misalnya, mencari ridho Allah agar selamat dunia dan akhirat, atau menuju kebahagiaan yang sejahtera lahir, batin. Atau tujuan hidup kita dapat bermanfaat bagi sebanyak banyaknya masyarakat.
Bisa juga kita berprinsip pada hal yang positif, misalnya “Berilmu Amaliah dan Beramal Ilmiah.” Silahkan mulai saat ini fokus pada tujuan hidup kita masing masing dan programkan langkah-langkahnya.
#4 Selalu Berpikir Positif.
Banyak hal dan keuntungan besar dari cara kita selalu berfikir positif. Ada satu buah buku yang pernah saya baca sangat berpengaruh dalam pikiran dan kehidupan saya sewaktu dulu kuliah, yaitu “The Amazing Result of Positive Thinking.” Saya lupa penulisnya, namun buku ini sangat luar biasa mempengaruhi sikap hidup saya hingga hari ini. Semoga bukunya masih ada atau mungkin bisa ditelisik di google.
Saya bergabung di lebih dari 20 group WhattsApp (WA) dengan beragam karakter orang yang menulis. Isinya gado-gado banget, ibarat IPOLEKSOSBUDHANKAMRATA (Ilmu Pengetahuan, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, Hukum, Pertahanan, Keamana Rakyat Semesta). Nah, isu itu yang sering muncul di WA beragam, ada yang sepertinya informatif banget hampir seluruh berita dia copas ke group. Stiker-stiker juga gak mau kalah ingin eksis dengan updatingnya, Selamat Siang, Selamat Malam apalagi Selamat Pagi dan do’a pagi, siang malam masuk silih berganti. Kadang musik atau video yang mungkin kategori porno. Alhamdulillah, kita harus terus bersyukur masih menerima informasi dan do’a-do’a para sahabat yang baik dan tidak sombong.
Tetapi, namanya sifat, sikap dan karakter berbeda beda karena background akademis masing-masing. Ada yang mudah tersinggung (ngambek/baper) dengan komentar yang ofensif, bentar-bentar left dari group. Malah ada juga adminnya tersinggung karena merasa benar sendiri, atau sok kuasa langsung Delete orang orang yang tidak dia sukai.
#5 Mental Stabil, Keuangan Stabil.
Ini point penting, sangat diharapkan hampir semua orang khususnya pensiunan bahwa “Sewaktu jadi Karyawan Sejahtera dan Pensiun Kaya Raya”. Atau selalu didengungkan “Di dunia kaya raya mati masuk Surga”.
Kuncinya adalah rencanakan keuangan dengan baik, jangan besar pasak daripada tiang, gunakan proteksi. Jangan investasi dan usaha/bisnis yang kita tidak paham pengelolaannya. Ingat kemampuan dan umur kita tidak muda lagi.