
Peluang News, Jakarta – Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM), Teten Masduki menilai, hasil-hasil bumi seperti tambang, perkebunan, pertanian, dan komoditas kelautan tidak boleh lagi diekspor dalam bentuk bahan mentah, melainkan harus melalui proses hilirisasi.
Hal ini dikarenakan, menurutnya, agar Indonesia dapat memiliki nilai tambah ekonomi dari Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah di tanah air.
“Jadi, harus kita hilirisasi, supaya kita mendapat nilai tambah ekonomi dari sumber daya kita, termasuk juga di dalamnya bisa menciptakan lapangan kerja,” ucap Teten dalam Forum Diskusi dan Temu Bisnis Penguatan Ekonomi Berbasis Rempah Menuju Kejayaan Nusantara di kawasan Bogor, Jawa Barat, Sabtu (12/10/2024).
“Karena kalau menjual hanya bahan mentahnya saja, tidak akan bisa menciptakan nilai ekonomi tinggi. Kita bicara itu dalam konteks menuju negara maju, yang diprediksi pada 2045 itu memiliki potensi besar bertransformasi dari negara berpendapatan menengah ke tinggi,” ungkapnya.
Apalagi, guna mencapai minimum pendapatan perkapita 13.200 dolar AS sebagai negara maju nanti, Teten menyampaikan bahwa Indonesia harus membangun industri yang berkelanjutan dan mengolah bahan baku yang ada di Indonesia.
“Hari ini, Indonesia baru mencapai 5000 dolar AS perkapita. Pada era 1980-an, banyak masuk industri manufaktur dari luar, namun menjadi sunset industry karena bahan baku tidak ada di Indonesia. Kita tidak akan mengulang pengalaman itu. Kita harus membangun industri berbasis keunggulan domestik. Salah satunya, bahan baku kita punya seperti nikel, bauksit, rumput laut, dan juga rempah,” terangnya.
Sedangkan untuk rempah, kata Teten, harus dapat dihilirisasi di industri bumbu, selain juga bisa diolah untuk masuk rantai pasok bagian industri farmasi, makanan-minuman, dan industri kecantikan. Sebab, bagi Teten, teknologi untuk melakukan hal tersebut tidaklah sulit.
“Apalagi, kita sudah membangun pabrik-pabrik kecil, lalu mengolah sumber daya yang kita miliki menjadi produ ksetengah jadi atau jadi,” ucapnya
Sementara itu, Ketua Umum Dewan Rempah Kejayaan Indonesia (DRKI), Tjokorda Ngurah Agung Kusuma Yudha mengungkapkan, berdasarkan hasil survei yang diterimanya, total transaksi perdagangan rempah dunia hampir mencapai 42 miliar dolar AS per tahunnya.
Namun, lanjut Tjokorda, 80 persen dari perdagangan rempah dunia dikuasai oleh China. Padahal, dari sisi produk dan industri rempah, Indonesia jauh lebih banyak.
Oleh karena itu, ia berharap agar proses hilirisasi di industri rempah nasional bisa berjalan, seperti yang terjadi di hilirisasi sektor tambang.