hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Menkeu Sri : Waspadai Imbas Pelemahan Ekonomi Global di Semester 2

Peluangnews, Jakarta – Perekonomian global masih menghadapi berbagai tantangan, antara lain isu geopolitik, volatilitas sektor keuangan, dan pelemahan sektor manufaktur. Pengusaha diminta mewaspadai pelemahan ekonomi global yang mulai terlihat di awal semester kedua 2023.

“Di satu sisi, optimisme yang memberikan kita keyakinan hingga kuartal kedua nampaknya berbagai indikator Indonesia masih cukup positif, namun tanda-tanda terjadinya rembesan dari pelemahan global sudah mulai terlihat dari beberapa indikator kita,” jelas Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati saat Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Juli 2023, di Jakarta, Senin (24/7/2023).

Pemerintah akan terus menggali potensi sektor ekonomi sekaligus mengoptimalkan belanja negara guna memberikan dampak yang lebih besar kepada masyarakat. Meski demikian, pemerintah akan tetap melakukan antisipasi dan mitigasi atas dampak dinamika global terhadap perekonomian domestik.

Perekonomian Domestik Tetap Kuat di Tengah Perlambatan Ekonomi Global. Salah satu tanda pelemahan ekonomi global ditunjukkan oleh PMI manufaktur global yang terus kontraktif, termasuk di Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Vietnam, Italia, Brazil, Afrika Selatan, dan Singapura. Tiongkok, Thailand, Filipina, India, dan Rusia berada di zona ekspansi namun melambat. Sementara itu, PMI Indonesia bertahan di zona ekspansi, antara lain bersama Turki dan Meksiko, bahkan kembali menguat di bulan Juni 2023.

“Amerika, Eropa, Jerman, Perancis, Inggris, Jepang, Korea merupakan negara-negara yang selama ini mempengaruhi perekonomian dan perdagangan dunia. Sehingga pelemahan dari PMI negara-negara ini memang perlu untuk kita waspadai. Apakah ini kecenderungan akan terus melemah dan tentu pada akhirnya mempengaruhi kondisi dan kinerja perekonomian global,” ungkap Menkeu.

Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) masih mencatatkan surplus hingga bulan ke-38, meskipun ekspor melambat sejalan dengan pelemahan global. Surplus NPI bulan Juni 2023 mencapai USD3,45 miliar, sedangkan secara akumulatif (Jan-Jun 2023) mencapai USD19,93 miliar.

Kinerja ekspor bulan Juni 2023 tercatat USD20,61 miliar (turun 21,2%, yoy), sementara impor tercatat USD17,15 miliar (turun 18,3%, yoy).

Sementara itu, konsumsi listrik bisnis tumbuh kuat (13,0%, yoy), namun listrik industri melambat (-5,3%, yoy. Dari segi konsumsi, leading indicator perekonomian juga masih kuat. Optimisme masyarakat per Juni 2023 terjaga di angka 127,1, serta Mandiri Spending Index kembali normal (156,1). Selain itu, Indeks Penjualan Riil tumbuh cukup tinggi (8,0%, yoy).

Di sektor moneter dan keuangan, kinerja pasar keuangan domestik tetap positif di tengah berlanjutnya sentimen kebijakan moneter global. Nilai tukar Rupiah tetap melanjutkan tren apresiasi sejak awal tahun 2023 (menguat 4,7%, ytd), sedangkan indeks Dolar AS masih melemah.

Selain itu, arus modal asing masih mencatatkan inflow hingga minggu III bulan Juli 2023, di mana arus masuk ke pasar SBN mencapai Rp86,18 triliun (ytd) dan arus masuk ke pasar saham mencapai Rp19,22 triliun (ytd). Kinerja baik pasar SBN tetap terjaga, di mana tren penurunan yield SBN domestik terus berlanjut, didukung oleh likuiditas domestik yang cukup ample dan capital inflow. (Aji)

Baca Juga: Penerimaan Negara Semester I-2023 Mencapai 56,47%

pasang iklan di sini