octa vaganza

Menjual ‘Surga Baru’, Potensi Devisa US$30 Miliar

Badai Covid-19 memang telah memukul habis sektor pariwisata Indonesia selama dua tahun terakhir. Maka, ketika pandemi berangsur mereda, tahun 2022 diyakini menjadi momentum titik balik industri pariwisata Indonesia.

Sektor pariwisata memang primadona bagi Indonesia. Tak heran, pemerintah menargetkan pada 2024, kontribusi sektor pariwisata dalam PDB dapat meningkat menjadi 5,5%, devisa dari sektor pariwisata menjadi US$30 miliar, serta jumlah wisatawan nusantara 350-400 juta perjalanan dan wisatawan mancanegara 22,3 juta kunjungan. Ini tentu bukanlah target main-main.

Sebelum dilanda pandemi Covid-19, Indonesia mengalami tren kenaikan kunjungan wisman setiap tahunnya dari tahun 2010 hingga 2019. Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) mencatat jumlah kunjungan turis asing mencapai 16,11 juta sepanjang tahun 2019. Angka ini meningkat tajam jika dibandingkan dengan 7 juta kunjungan di tahun 2010.

Tahun 2021, kunjungan wisman ke Indonesia merosot ke angka 1,55 juta jiwa. Tahun 2022, recovery memang telah terlihat seiring dengan pelonggaran protokol Kesehatan. Baru sampai Oktober saja, kunjungan wisman ke Indonesia sudah naik lagi, mencapai 2,39 juta orang.

Pulihnya pariwisata Indonesia juga bisa terlihat dari pertumbuhan tingkat hunian hotel (occupancy rate). Menurut data BPS, per September 2022, di Jakarta saja tingkat hunian hotel mencapai 54,3%. Pada periode yang sama tahun lalu, angkanya baru 42,62%. Di Bali, occupancy rate juga mulai membaik dari 9,46% pada September 2021 menjadi 46,45%, di Yogyakarta dari 41,13% menjadi 52,33%.

Pemerintah agaknya berharap perhelatan KTT G20 yang puncaknya sukses digelar pada pertengahan November lalu akan menjadi momentum pemulihan pariwisata Indonesia.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno optimistis Presidensi Indonesia G20 yang dihadiri hampir seluruh Kepala Negara G20 pada 15 hingga 16 November di Bali memberikan dampak yang besar dalam pemulihan sektor pariwisata tanah air.

“Sektor UMKM juga merasakan dampaknya seperti objek wisata, pemandu wisata, kuliner daerah setempat, kerajinan, serta cenderamata,” kata Menparekraf.

Momentum G20 yang juga dilaksanakan di berbagai daerah Indonesia diharapkan dapat mengembalikan kepercayaan wisatawan mancanegara untuk kembali berwisata ke Indonesia. Apalagi, Indonesia menjadi pusat perhatian dunia di mana selama kegiatan puncak KTT G20 ribuan jurnalis dari berbagai negara hadir dan secara simultan menyampaikan informasi.

Sandiaga optimistis devisa sektor pariwisata bisa mencapai target 1,7 miliar dolar AS atau setara dengan Rp26,35 triliun (kurs Rp15.502). Tidak hanya dilihat dari penyelenggaraan KTT G20, tapi juga berbagai perhelatan Internasional lainnya di Indonesia.

Berbagai upaya telah dilakukan. Promosi wisata digencarkan di berbagai negara untuk menarik kunjungan wisatawan mancanegara ke Tanah Air. Pelonggaran protokol kesehatan dan prosedur keimigrasian juga telah dilakukan.

Tentu saja, strategi untuk menggaet turis dari negara satu akan berbeda dengan lainnya. Untuk menarik wisatawan asal Tiongkok misalnya, Kemenparekraf menyiapkan sejumlah strategi khusus.

“Hal ini untuk merespons kebijakan Pemerintah Tiongkok yang telah melonggarkan kebijakan bagi pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) di negaranya,” ujar Sandiaga.

Wisman asal Tiongkok kini memang tengah menjadi primadona di banyak negara tujuan wisata, termasuk di Eropa. Wisman asal Negeri Tirai Bambu juga menjadi pasar potensial bagi Indonesia. Wisatawan asal Tiongkok berada di posisi kedua dengan penyumbang jumlah terbanyak ke Indonesia sebesar 2,07 juta orang. Angka ini di bawah wisman Malaysia sebesar 2,98 juta orang.

Wisman asal Tiongkok dikenal sangat tertarik dengan wisata bahari. Mereka menyukai aktivitas bawah laut seperti snorkeling dan diving. Tentu saja, Indonesia merupakan surga untuk destinasi wisata bawah laut. Rata-rata wisman asal Tiongkok sudah pernah berkunjung ke Bunaken di Manado, dan juga Bali.

Berbagai kegiatan joint promotion dengan mitra online travel agent di Tiongkok seperti CTrip & Qunar terus digalakkan. Rencananya, dalam waktu dekat akan ada penerbangan langsung dari Tiongkok ke Indonesia. Ini diharapkan dapat mendongkrak antusiasme wisatawan Tiongkok untuk berkunjung ke Indonesia.

Tentu pasar tradisional pariwisata Indonesia juga harus terus digarap dengan intens melalui strategi yang berbeda-beda pula, mulai dari Australia, Jepang, Amerika Serikat, Belanda, Jerman, dan negara pasar pariwisata lainnya. Program kampanye Wonderful Indonesia harus terus digencarkan untuk memperkuat top of mind Indonesia sebagai destinasi wisata unggulan di dunia.

‘Surga Wisata’ Andalan Baru

Tentu tak cuma Bali yang bisa diandalkan. Begitu banyak pilihan destinasi wisata kelas dunia yang dimiliki Indonesia. Dari wisata alam, wisata kuliner, wisata budaya, tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dan, pemerintah agaknya juga sudah jauh-jauh hari menyadari hal ini.

Indonesia menawarkan 5 destinasi baru yang disebut oleh Kemenparekraf sebagai Destinasi Super Prioritas. Kelima daerah tujuan wisata itu adalah Mandalika, Labuan Bajo, Likupang, Dana Toba, Bromo dan Borobudur.

Tentu masih banyak lagi surga wisata yang dimiliki Indonesia, sebut saja Sumatera Barat, Yogyakarta, Bandung, Bangka Belitung, Toraja, hingga Maluku dan Papua. Destinasi Raja Ampat di Papua Barat baru-baru ini kembali meraih penghargaan dari  Lonely Planet. Raja Ampat terpilih menjadi satu dari enam destinasi global dari seluruh dunia yang direkomendasikan sebagai destinasi yang harus dikunjungi (must visit location) pada tahun 2023 sebagai ‘unwind destination’.

Kelima destinasi lainnya yang mendapatkan penghargaan dalam kategori yang sama yaitu Halkidiki Yunani, Jamaica, Dominica, Malta, dan Jordan.

Menurut Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf, Ni Made Ayu Marthini, Raja Ampat terpilih karena coral reefs dan diving spot di wilayah ini tidak ada tandingannya di dunia. Atmosfer less crowded-nya mampu menjadi alternatif pulau baru Indonesia bagi para wisatawan mancanegara.

Penghargaan dari Lonely Planet ini menambah sederet penghargaan yang telah diterima Wonderful Indonesia sepanjang 2022. Sebelumnya, Bali menduduki ranking pertama 10 happiest holiday destinations in the world versi Club Med, Travel dan Tourism Operator berbasis di Prancis.

Tentu saja Indonesia tidak sendiri. Negara tetangga kita seperti Singapura dan Malaysia juga berlomba menggaet wisman. Singapura yang tahun 2019 kedatangan wisman sebanyak 19,1 juta orang, ketika pandemi angkanya merosot tinggal menjadi 2,7 juta orang dan pada 2021 turun lagi tinggal 329 ribu orang.

Tapi, kini Singapura telah membuka kembali lebar-lebar pintunya. Dan Negeri Merlion itu tentu tidak akan pernah kehabisan akan dan kreativitas untuk menarik kunjungan wisman. Sejumlah event dan program promosi wisata tengah digencarkan oleh Singapore Tourism Board.

Sementara Malaysia juga tengah gencar-gencarnya mendorong kembali industri wisatanya dengan menggelar program Gamelan (Galakan Melancong Malaysia) sejak September lalu. Ini baru program untuk menggenjot wisatawan domestik. Tourism Malaysia juga gencar menggelar program promosi wisata ke mancanegara.

Tentu saja, kolaborasi menjadi pilihan yang lebih tepat untuk saat ini dibandingkan berkompetisi sendiri-sendiri. Toh, ASEAN telah memiliki payung kerja sama pariwisata ‘ASEAN: A Journey to Wonderful Destinations’.

Jadi, mari kita berkompetisi dan berkolaborasi secara sehat sambil berwisata. (Trd)

Exit mobile version