Perjalanan nasib siapa yang tahu, tetapi usaha yang gigih tak kenal menyerah pada akhirnya berbuah manis. Bak kata pepatah, hasil tidak menghianati usaha. Kisah sukses Diana Dewi, pemilik gerai daging berlabel PT Suri Nusantara Jaya, agaknya pas dengan ungkapan tersebut.
Gaji Bulanannya sebesar Rp1,7 juta ketika Diana Dewi memutuskan resign dari kantor tempatnya bekerja. Kala itu tahun 1998, tahun kemelut ekonomi dan politik di Tanah Air, rusuh dimana-mana dan gelombang pemutusan hubungan kerja merebak lantaran ambruknya sejumlah perusahaan besar kelas konglomerat.
Di tengah situasi kurang menguntungkan itu, sebenarnya bukan waktu yang pas bagi Diana Dewi memutuskan resign dari pekerjaannya. Namun perempuan kelahiran 27 Juli 1965 ini bertekad ingin mandiri. Dia mengalkulasi gajinya yang jika dibagi 25 hari kerja, sama artinya ia mendapat upah Rp85 ribu per hari. “Masa’ sih saya tidak bisa cari sendiri uang senilai itu per hari,” gumamnya, penuh optimistis.
Lalu bisnis apa yang dapat ia lakukan agar bisa mendapatkan Rp85 ribu per hari. Ia memang cerdas memanfaatkan pengalaman kerja sebelumnya di bidang marketing dan usaha daging. Maka, dimulailah usaha berani itu dengan mendirikan perusahaan sendiri, PD Suri Garuda Jaya pada 1998. Sebuah garasi di samping rumah ia sulap menjadi kantor sekaligus toko daging.
Siapa nyana pilihan bernas Diana mengantarkannya menjadi pebisnis daging kelas atas di Tanah Air. Usaha yang dirintis dengan sabar dan penuh ketekunan itu kini terus tumbuh dengan skala kian besar dan PD Suri Garuda Jaya pun berganti nama menjadi persero, PT Suri Nusantara Jaya (SNJ). Bersama SNJ, Diana tampil sebagai importir dan distributor utama penjualan daging dengan produk daging segar, beku maupun olahan berkualitas di Indonesia. Tidak hanya daging sapi, SNJ juga menyediakan daging kambing, ayam dan kerbau. Serta diversifikasi usaha merambah unit katering (Suri Catering Service), impor bahan pangan olahan (Garindo Food), logistik (Suri Nusantara Jaya Logistik), Gudang (Suri Nusantara Jaya Cold Storage) dan restoran (Kedai Steak Nusantara).
Unit bisnis yang belakangan membuat bendera bisnisnya melambung adalah Toko Daging Nusantara yang pada awal Maret lalu membuka gerai ke tujuh di Kota Cikampek (Jawa Barat), Gerai pertamanya berdiri di Kranggan Bekasi pada 2018, lalu disusul ke sejumlah lokasi di GDC Depok, Rawamangun (Jakarta Timur), Duri Kosambi (Jakarta Barat), Cikarang Utara (Jawa Barat) dan Tebet (Jakarta Selatan). Kehadiran Toko Daging Nusantara kata Diana Dewi untuk memenuhi kecukupan daging masyarakat Indonesia. Selain itu juga sebagai upaya mendukung program pemerintah dalam mencukupi kebutuhan masyarakat akan bahan pokok.
Mengapa memilih bisnis daging, usaha yang galibnya dikuasai kaum pria. Pertanyaan itu terlontar saat beberapa waktu lalu meninjau gudang penyimpanan (cold storage) PT SNJ di kawasan Industri Cikarang, Jawa Barat. Cold storage berkapasitas 30.000 ton itu merupakan obsesi Diana yang sejak lama memang ingin mengurai dilematis pasar daging yang sering langka di kala hari-hari tertentu.
Kelangkaan daging saat jelang puasa, lebaran atau hari raya nasional lainnya, menurutnya, bukan karena minimnya pasokan sapi, tetapi langkanya gudang penyimpanan daging. Karenanya, timpal Diana yang juga Ketua Umum KADIN DKI Jakarta, produksi daging seyogianya dibarengi dengan gudang penyimpanan berkualitas internasional, sehingga ketersediaan daging bisa terjaga dengan baik.
Sebagai bukti kesungguhan Diana dalam menjaga kebutuhan daging agar tidak langka di kala hari raya, Selasa, 7 Maret lalu, ia membuka Toko Daging Nusantara cabang ke tujuh di kota Cikampek, Jawa Barat. Diana berharap kehadiran toko tersebut dapat memenuhi kebutuhan daging yang dibutuhkan dengan kualitas baik dan harga yang rasional.
Dari Diana Dewi salah seorang penerus cita-cita Kartini yang ingin melihat kaum perempuan berdaya saing unggul kita belajar banyak tentang arti kewirausahaan. Kalau saja saat krisis moneter di tahun 1998 itu, ia lebih memilih zona aman dengan tetap bekerja kantoran, tentu keadaannya bakal lain. (Irm)