octa vaganza
Fokus  

Menjaga Momentum Pertumbuhan

Dengan begitu besarnya rintangan yang harus dihadapi, kita patut bersyukur perekonomian Indonesia pada tahun 2021 dapat kita lalui bersama dengan selamat. Tentu saja masih banyak catatan untuk perbaikan dan percepatan pemulihan ekonomi.

Pada Juli hingga September 2021 lalu, ketika pandemi Covid-19 mengganas hingga memaksa pemerintah melakukan sejumlah restriksi, tak banyak yang berani memprediksi seperti apa wajah ekonomi Indonesia di tahun 2021.

Di sisi mikro bisa jadi kerusakan ekonomi akibat pandemi masih terasa parah. Kita bisa temui begitu banyaknya pusat perbelanjaan, kafe dan pusat hiburan yang kosong seperti selesai perang. Tetapi, jika melihat statistik, tanda-tanda pemulihan sebetulnya telah mulai tampak. Indikator yang dapat terlihat kasat mata adalah meningkatnya mobilitas masyarakat yang telah melampui level seperti sebelum pandemi. Ini tentu tak lepas dari keberhasilan pengendalian penyebaran virus Covid-19, dilakukannya pelonggaran PPKM, dan sejumlah insentif kebijakan.

Kementerian Keuangan mencatat, pada kuartal IV rata-rata mobilitas menunjukkan nilai positif, yaitu di angka 1,4. Indikator konsumsi dan produksi menunjukkan penguatan yang solid. Kondisi itu diharapkan dapat mendorong pertumbuhan dan pemulihan ekonomi domestik.

Kemenkeu mengungkapkan kinerja ekspor Indonesia pada November 2021 mencapai US$22,84 miliar, tertinggi paling tidak sejak tahun 2000. Capaian itu mendorong neraca perdagangan Indonesia bulan November 2021 mencapai USD3.51 miliar, melanjutkan tren surplus selama 19 bulan berturut-turut.

Pertumbuhan ekspor tersebut terutama didorong oleh peningkatan permintaan, dampak krisis energi dunia, dan lonjakan kebutuhan musim dingin di sejumlah negara tujuan ekspor.

Kita masih menunggu bagaimana statistik pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga tahun buku 2021 ditutup. Jika melihat data sebelumnya, trend positif pertumbuhan ekonomi nasional masih berlanjut pada kuartal III. Dimana, pada periode tersebut, ekonomi Indonesia tumbuh 3,51% secara yoy.  Capaian itu relatif sudah cukup baik mengingat gelombang kedua pandemi terjadi pada periode tersebut.

Menguatnya aktivitas konsumsi dan investasi, masih tingginya ekspor dan terkendalinya kondisi pandemi Covid-19 menjadi poin positif yang cukup melegakan.

Tentu saja kita tidak boleh lengah dan berpuas hati karena volatilitas dan ketidakpastian masih cukup tinggi. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah risiko seperti penyebaran virus Covid-19 varian Omicron, percepatan tapering off AS, meningkatnya tekanan inflasi global, serta perlambatan ekonomi Tiongkok.

Menteri Keuangan Sri Mulyani sendiri optimistis pada kuartal IV tahun 2021 pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melampaui 5%. “Momentum pemulihan ekonomi kita terus mengalami penguatan kembali sesudah terinterupsi oleh Delta dan untuk 2021 kita perkirakan pertumbuhan ada di kisaran 3,5% hingga 4%,”ujarnya pada suatu kesempatan konferensi pers yang digelar secara virtual.

Menjaga Momentum

Memasuki tahun 2022, kita tentu harus bekerja keras lagi untuk bersama menjaga momentum pertumbuhan ekonomi tersebut.

Kita patut bersyukur karena dalam situasi yang belum menggembirakan seperti saat ini, semangat optimisme terasa kuat dipancarkan oleh sejumlah kalangan, mulai dari pemerintah, pelaku usaha, akademisi dan berbagai kalangan lainnya.

Keyakinan tersebut setidaknya tercermin dari penetapan target pertumbuhan ekonomi yang diharapkan lebih baik daripada pencapaian tahun 2021.

Presiden Joko Widodo pada saat menyampaikan nota keuangan telah menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 diharapkan dapat tumbuh di atas 5,5%.

Pemerintah dan DPR pun telah menyepakati target pertumbuhan ekonomi 2022 dalam kisaran 5,2%-5,5%, meningkat dibandingkan dengan target sebelumnya yang berada pada rentang 5,0%-5,5%. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bahkan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat melampaui 6% pada tahun 2022.

Keberhasilan penanganan pandemi Covid-19, tingginya partisipasi masyarakat mengikuti program vaksinasi dan adanya berbagai stimulus kebijakan menjadi dasar utama yang mendorong optimisme dalam mengarungi tahun 2022.

Kendati lebih konservatif, Bank Indonesia juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 akan berada pada rentang 4,7%-5,5%. Namun target itu juga meningkat dibandingkan tahun 2021 yang berkisar 3,2%-4%.

Tentu saja, diperlukan sejumlah dukungan kebijakan dari Pemerintah untuk dapat merealisasikan optimism tersebut. Dukungan yang diharapkan itu adalah penguatan penanganan sektor kesehatan sebagai kunci keberhasilan pemulihan ekonomi dan sosial, belanja kementerian/lembaga memberikan multiplier effect bagi perekonomian dan efektif dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat, menjaga daya beli masyarakat

Dukungan lain yang perlu dilakukan adalah penguatan dan penajaman program-program pemulihan UMKM dan dunia usaha serta mengoptimalkan capaian reformasi struktural yang meliputi reformasi SDM, reformasi birokrasi, efisiensi, infrastruktur pelayanan dasar, hingga subsidi yang tepat sasaran dan reformasi penganggaran. 

Ekonom Senior The Indonesia Economic Intelligence Sunarsip menyarankan tiga hal yang dapat ditempuh untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Pertama, pemulihan permintaan domestik mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Kedua, meningkatkan respon dunia usaha terhadap kebijakan dan stimulus yang sudah dikeluarkan oleh otoritas. Ketiga, perbaikan belanja pemerintah terutama pada Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).  Pos belanja tersebut diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Dalam hal ini, masing-masing tentu harus bekerja secara maksimal sesuai kapasitas dan porsinya masing-masing, baik pemerintah, bank sentral, pelaku usaha, dan kita semua. Tentu saja, modal utama yang harus kita miliki dan pegang adalah optimisme dan energi positif untuk bersama menjaga momentum pertumbuhan ini. (trd)

Exit mobile version