Beberapa koperasi tentara mampu mengelola bisnis secara profesional dan mengikuti perkembangan zaman, hingga tidak bergantung bisnis internal.
Masyarakat Indonesia model koperasi di kalangan tentara, seperti Induk Koperasi Angkatan Darat (Inkopad), Induk Koperasi Angkatan Laut (Inkopal), Induk Koperasi Angkatan Udara (Inkopau) yang merupakan koperasi sekunder dan koperasi primer berdasarkan kesatuan. Koperasi di kalangan tentara berbasis pada unit simpan pinjam, menyediakan kebutuhan personel kebutuhan bahan pokok untuk tentara dan keluarganya, bahkan kebutuhan perumahan.
Dalam sejarah di negara lain juga begitu, koperasi terkait dengan kebutuhan prajurit. Hanya saja para pelopor koperasi tentara tidak seperti di kalangan sipil, manajemennya tidak terlaku baik dikelola oleh kalangan tentara sendiri yang belum tentu soal manajemen dan bisnis profesional.
Koperasi tentara pertama kemungkinan berada di Inggris. Di antaranya, Masyarakat Koperasi Angkatan Darat & Angkatan Laut didirikan pada 15 September 1871 oleh sekelompok perwira angkatan darat dan angkatan laut. Tujuan untuk memasok barang kepada prajurit dengan harga yang lebih rendah.
Koperasi ini kemudian berkembang sempat membuka toko di Inggris dan India tetapi perdagangannya menderita kerugian selama Perang Dunia Pertama hingga mengakibatkan bubar pada 1934 dan menjadi perusahaan terbatas, semacam departemen store.
Koperasi kedua yang berdiri di Inggris adalah The Canteen and Mess Co-operative Society pada 1894. Anggota pendiri adalah tentara yang lebih miskin dan tujuannya memasok petugas dengan harga yang lebih baik daripada kantin resmi dan dengan barang berkualitas lebih tinggi. Koperasi ini tidak berkembang bahkan terjadi skandal keuangan pada 1913-1914 dan akhirnya kebutuhan kantin diambil alih Komite Kantin Angkatan Darat.
Koperasi tentara yang lebih luas cakupan bisnisnya berdiri di Abu Dhabi, Emirat Arabm yaitu Perhimpunan Koperasi Angkatan Bersenjata (AFCOOP) didirikan dengan keputusan menteri No. (212) pada 1995. Koperasi Angkatan Bersenjata didirikan dalam rangka memberikan pelayanan kepada anggota angkatan bersenjata dalam rangka meningkatkan status anggotanya secara sosial dan ekonomi.
Anggota mendapat kartu yang disebut Kartu Tarabut, di mana angggota koperasi bisa membeli kebutuhan apa pun di toko-toko yang dikelola AFCOOP. Pembelian total 4.000 AED (mata uang Uni Emirat Arab) untuk mendapatkan 500 poin yang setara dengan voucher senilai 50 AED. Pelanggan dapat melakukan penukaran di outlet AFCOOP manapun.
Selain itu koperasi ini melakukan investasi di berbagai proyek mulai dari pariwisata, proyek rekreasi, pertanian, investasi hingga infrastruktur. Koperasi tentara ini merupakan contoh yang cukup maju karena tidak hanya bergantung kepada kebutuhan internal prajurit, tetapi bisa menanamkan uangnya dalam proyek-proyek dan mendapatkan hasilnya. Bukannya meminta kuota.
Koperasi Tentara di Malaysia
Malaysia punya Koperasi Angkatan Tentera Malaysia (KATM) Berhad, sebuah koperasi serba guna berdiri pada meningkatkan taraf ekonomi dan kesejaterahan. Namun koperasi ini bukan hanya tebruka untuk kalangan tentara, tetapi juga pegawai sipil yang bekerja di badan militer dan berada di bawah Kementerian pertahanan Malaysia pada 2008.
Pada tahun itu KATM sudah beranggotakan sebanyak 145,195 orang dan jumlah aset terkumpul sebanyak RM 1.703 miliar (1 ringgit sekitar Rp3.400-an). Salah satu perjuangan Berhad ialah ingin membentuk bank koperasi syariah yang dikelolanya sejak 2002. Namun keinginan itu belum dikabulkan otoritas Malaysia.
Padahal menurut Ketua KATM Datuk Zulkiflee Mazlan praktik unit simpan pinjam sudah serupa dengan lembaga keuangan yang profesional. KATM, yang memiliki aset pembiayaan RM2,97 miliar pada akhir 2017, bertujuan untuk menjadi bank koperasi ketiga setelah Bank Kerjasama Rakyat Malaysia Bhd ( Bank Rakyat) dan Koperasi Bank Persatuan Malaysia Bhd (Bank Persatuan).
KAT juga memiliki dana pemegang saham lebih dari RM2,3 miliar, yang lebih tinggi dari persyaratan modal minimum Bank Negara Malaysia (BNM) sebesar RM100 juta. Pada 2018, KATM menghasilkan laba bersih RM313,5 juta dan laba bersih RM184,33 juta sebelum zakat dan pajak. Pada tahun itu KATM mampu membagikan deviden (SHU di Indonesia) 10 persen sebesar RM145 juta untuk 154.620 anggotanya.
Pada September 2020 KATM mengumumkan telah menginvestasikan RM10 juta di perusahaan rintisan fintech yang terdaftar di Australia, MyMy Holdings Pty Ltd sebagai bagian dari rencananya untuk memperkenalkan sejumlah layanan keuangan digital baru kepada para anggotanya.
Chief Executive Officer (CEO) Koperasi Tentera Brigadir Jenderal (Rtd) Datuk Ahmad Zahudi Salleh mengatakan kerja sama tersebut mencakup digitalisasi pembayaran dividen (sebagai pengganti penerbitan cek), penyediaan rekening digital dan e-wallet.
“Kami juga mencari solusi multi-mata uang untuk anggota yang bepergian ke luar Malaysia pasca Covid-19,” ujar Ahmad.
Dengan demikian KATM termasuk koperasi dunia yang bukan saja masuk era digital, tapi juga ke pasar global, sekalipun skalanya tidak terlalu besar (Irvan).