ANGKA 100 itu seksi dari sisi penyebutan. Klop dengan impresi spontan dari kalangan luas yang mendengar/membacanya. Angka tersebut mudah dicerna dalam pemahaman psikologi umum. Angka tersebut juga akrab dikenali secara matematika sederhana. Khususnya sebagai identitas puncak limitasi dalam eskalasi rentang numerik dua digit.
Selain angka 100, oleh berbagai lembaga riset/media, di sana sini muncul angka lain. Entah itu 300, entah 500. Pemeringkatan koperasi besar dunia hasil klasifikasi ICA, International Cooperative Alliance, misalnya, cenderung memilih 300 papan atas. Top 300 itu secara periodik dipublikasikan oleh European Research Institute on Cooperative and Social Enterprises, Euricse. Adapun pemeringkatan orang-orang terkaya di dunia versi Majalah Forbes lebih afdol dan bergengsi dengan memajang 500 sultan/sultanah teranyar. Kedua pilihan ini sama-sama logis.
Siapa saja mereka? Bagaimana angka 100 itu dijelaskan terkait pilihan subyektif insan perkoperasian?
- Pelaku Koperasi. Ke dalam segmentasi ini terseleksi figur-figur pilihan dari jenis koperasi konsumen, produsen, kredit, simpan pinjam, dan simpan pinjam pembiayaan syariah. Tentu saja dengan memperhitungkan aspek gender, sebaran wilayah operasional. Porsi mereka dengan sendirinya dominan.
- Organisasi dan Profesi. Segmentasi ini mencakup mereka yang nonpelaku koperasi tapi berkontribusi signifikan, baik dalam ide yang memperluas cakrawala pikiran maupun inisiator di balik lahirnya unit-unit kelembagaan.
Mengapa 100 insan koperasi perlu ditegaskan sebagai person terseleksi merujuk pada pemahaman kualitatif belasan tahun Majalah Peluang bergumul dengan entitas perkoperasian? Dan apa saja benefit intangible yang dapat dipetik dari mereka?
- Keterampilan Manajerial dan Kewirausahaan: Aspek nilai tambah ini memungkinkan mereka membangun dan mengelola perusahaan yang sukses.
- Inovasi: Di antara mereka berhasil menciptakan produk atau layanan baru yang inovatif, menjawab kebutuhan pasar, atau menciptakan pasar baru.
- Kemitraan dan Jaringan: Mereka umumnya memanfaatkan kemitraan dan jaringan yang luas dalam ceruk bisnis yang mereka.
- Globalisasi: Fenomena globalisasi telah memungkinkan mereka mengakses pasar global, menciptakan peluang bisnis baru dan memperluas basis pelanggan.
Tentang Keberuntungan dan Kesempatan: Arkian, faktor keberuntungan dan kesempatan juga berperan dalam sukses karier seseorang. Hal tersebut boleh jadi didapatkan dari situasi/peristiwa yang sama sekali di luar kendali mereka. (red)