Boleh jadi pada awalnya hanya sebuah sugesti. Pikirkan bahwa semua bisa (saya) lakukan. Jangan katakan ‘mungkin bisa’, tapi ‘niscaya bisa’. Itulah titik awal pondasi sikap optimistis.
Hindari pola pikir konservatif. Pola pikir konservatif ditandai dengan kekhawatiran menerima perubahan, meski perubahan itu menguntungkan. Ketika dituntut untuk mengubah pola pikir, kita takut akan mengalami kerugian. Padahal, cara berpikir konservatif memasung pemikiran kreatif karena pikiran dibekukan oleh sesuatu yang statis. Mulailah berpikir dinamis, dengan terus mengolah pemikiran untuk menemukan pola pikir efektif.
Ada tiga cara untuk itu: Pertama, terbuka terhadap masukan. Masukan adalah bahan mentah sangat berharga. Lalu, kita mengolahnya menjadi “barang jadi” lewat pemikiran kreatif. Kedua, mencoba pekerjaan atau hal di luar bidang kita. Untuk ”memperkaya” diri. Ketiga, harus proaktif. Kita dituntut ”menjemput bola” dalam menghadapi sesuatu. Bertindak proaktif berarti membuat diri bebas memilih tindakan, tentu berdasarkan perhitungan matang.
Pikirkan bahwa semua bisa dilakukan. Yakini sesuatu yang akan kita kerjakan mampu kita selesaikan. Memang harus optimis. Ungkapan ”Saya mungkin bisa mengerjakan”, ganti dengan”Saya pasti bisa mengerjakannya”, ”Bagi saya tidak ada kata menyerah!” Pernyataan optimis melatih kita berani masuk ke persoalan. Pola pikir pun jadi berkembang, karena kita dipaksa memeras otak untuk mewujudkan sebuah tekad.
Total dalam keseluruhan pekerjaan. Jangan cepat puas. Semakin cepat puas berarti menutup diri terhadap pekerjaan lain yang dapat memperkaya perkembangan pemikiran. Kesanggupan menerima pekerjaan lain berarti kita membuka diri pada tantangan baru. Untuk itu kita dituntut berpikir cerdas dan efektif.
Dua hal perlu dilakukan. Pertama, tambah kuantitas pekerjaan. Artinya, tidak perlu mengeluh bila di luar kesibukan kita masih ada hal lain yang perlu diselesaikan. Keterbukaan untuk menerima tambahan pekerjaan membuat kita melatih diri: apakah dalam situasi tertekan kita masih mampu berpikir? Orang yang berpikir kreatiflah mampu membangkitkan daya pikirnya. Kedua, perbaiki kualitas hasil kerja. Maknanya, sekecil apa pun pekerjaan, kita tidak boleh mengabaikan kualitas hasilnya. Sebab, dari kualitas pekerjaan itu tercermin mutu pemikiran kita. Pekerjaan berkualitas menunjukkan mutu daya pikir kita.
Rajin-rajin bertanya. Bertanya merupakan indikator bahwa pikiran kita selalu dinamis dan tak cepat puas. Bertanya berarti mencoba menguji daya kritis. Kebiasaan bertanya harus dipahami sebagai munculnya dinamika pikiran. Bertanya merupakan sarana melatih pengembaraan daya kreativitas. Dengan bertanya, pemikiran kita bertemu dengan pemikiran orang lain yang mengandung hal-hal baru. Kita jadi tidak terpaku pada pemikiran diri sendiri. Sebaliknya, kita mencoba meyakinkan apakah pemikiran kita sejalan dengan pemikiran orang lain? Hal ini membuat kita semakin kreatif.
Jadi pendengar yang baik. Maksudnya, sanggup mendengarkan setiap informasi dari luar. Dengan menyimak, kita mempunyai ”kekayaan”. Kita jadi punya banyak kesempatan untuk berpikir mengenai yang kita dengar. Jadi, bila ingin menanggapi yang kita dengar, sudah tersedia banyak konsep pikiran untuk digunakan. Menjadi pendengar yang baik berarti kita mengerti betul setiap informasi yang masuk ke alam pemikiran. Kita dituntut untuk berpikir kreatif, sehingga sanggup merespons sesuai tuntutan dunia luar.●(Nay)