octa vaganza

Menemukan Gengsi Jadi Petani

Milenial dari Magelang ini membuktikan dunia pertanian punya prospek cerah, usaha agribisnis di bawah bendera Cipta Visi Grup meliputi peternakan domba, gula semut hingga coffeshop dengan omzet ratusan juta rupiah.

Tidak banyak anak milenial zaman sekarang kalau ditanya apa cita-citanya menjawab menjadi petani.  Salah seorang yang lantang mengatakan menjadi petani adalah Rayndra Syahdan, seorang anak muda dari Magelang.

Pria  kelahiran 1995 ini tidak ragu untuk menjadi siswa SMK Bidang Pertanian dan sudah mulai belajar bisnis dengan menjual sayur-mayur produksi gurunya.

”Saya sering jualan di acara car free day, menenteng kotak berisi sayur. Teman-teman lain pada mejeng, saya pede saja jualan,” ujar dia. 

Alumni Politeknik Pembangunan Pertanian  Yogyakarta Magelang Jurusan Peternakan ini kemudian serius terjun ke agribisnis. Modalnya sebesar Rp 15 juta  berasal dari Program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP)  Kementerian Pertanian. Bersama dua teman lainnya, dia membuat bisnis di bawah bendera Cipta Visi Group pada 2016. 

Lanjut dia, kantor Cipta Visi Group berada di Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. Sementara kandangnya di Tegalrejo, Candimulyo, Secang dan Grabag

Rayndra  dan kawan-kawannya memulai bisnisnya dengan peternakan ayam Jawa Super. Namun upaya pertama kurang berhasil karena berhadapan dengan peternakan lebih besar yang sudah punya usaha dari hulu ke hilir.

Dia pun kemudian beralih usaha ternak domba.  Pilihannya lebih tepat karena pasarnya lebih besar dengan pelanggan  warung sate hingga aqiqah dan qurban. Harga domba per kilogram awalnya Rp23 ribu kemudian meningkat menjadi Rp52 ribu.

Dengan diperkuat 7 karyawan tetap dan 15 karyawan lepas, Rayndra mampu meraup omzet Rp100 hingga Rp200 juta per bulan.  Pandemi Covid-19 berdampak bagi usahanya karena banyak warung sate tutup akibat  pembatasan, namun untuk aqiqah dan Qurban tetap stabil dan meningkat hingga omzetnya tak terpengaruh.

“Pasar kami masih Jawa Tengah dan Yogyakarta sudah kewalahan. Jadi belum beralih ke daerah lain,” tutur Rayndra.

Rayndra sedang fokus untuk membuat rumah akikah yang dipadukan dengan coffee shop agar pembeli merasa nyaman saat memilih hewan kurban. Selain itu, dia juga sibuk menyiapkan inkubasi bisnis pertanian di kawasan Secang, yang akan dimanfaatkan untuk pembelajaran kewirausahaan bagi masyarakat, mulai dari anak usia dini, anak muda, hingga orang dewasa.

Ke depan, Cipta Visi Grup berencana melebarkan usaha lainnya di bidang pengembangan  gula semut yang juga dibuat madu, yaitu vegan nectar.  

Selain itu Rayndra juga membuat pakan hewan dari pohon jagung yang tidak dimanfaatkan dengan cara difermentasi. Sehingga, kotoran hewan tidak bau. Lingkungan kandang pun tidak jorok. Bahkan, kotoran hewan bisa langsung dimanfaatkan untuk pupuk.

“Alhamdullilah, vegan nectar saat ini omzetnya meningkat dari Rp3 juta per hari menjadi Rp6 juta per hari,” tutupnya (Irvan).

Exit mobile version