Teknologi digital berevolusi dengan kecepatan luar biasa. Setelah Internet dan media sosial mengubah cara manusia berinteraksi, kini teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) menjadi andalan yang membuka beragam peluang bisnis baru. Tidak hanya untuk perusahaan besar dengan modal kuat, bisnis ini sesungguhnya terbuka untuk anak muda dengan semangat berwirausaha dan modal relatif kecil. Artinya, peluang Startup untuk masuk ke bisnis Berbasis AI sebetulnya sangat terbuka.
Feris Thia, Founder dan Chief Technology Officer Xeratic, melihat bahwa kesempatan membangun bisnis AI di Indonesia masih sangat terbuka lebar. Xeratic merupakan perusahaan rintisan teknologi asal Indonesia yang berfokus pada pengembangan solusi AI untuk bisnis, mulai dari otomasi administrasi hingga modernisasi perangkat lunak agar lebih adaptif dengan kebutuhan digital masa kini.
Menurut Feris, ada dua jalur potensial yang bisa menjadi pintu masuk bagi wirausaha muda, yaitu jasa pendukung Adopsi AI dan pengembangan produk sederhana berbasis AI.
Banyak perusahaan mulai melirik AI untuk otomatisasi administrasi perkantoran. Namun, mereka kerap membutuhkan mitra untuk pelatihan, modernisasi software, hingga kustomisasi sistem. Contohnya, software akuntansi yang semula manual bisa dipadukan dengan AI untuk analisis otomatis. “Ini peluang bagi startup lokal yang bisa menawarkan solusi tepat guna,” ungkap Feris.
Pelaku usaha startup dapat juga mengembangkan produk sederhana berbasis AI, misalnya aplikasi analisis data, generator video untuk kreator konten, atau alat bantu riset pasar dengan harga terjangkau. “Skillset yang dibutuhkan adalah literasi bisnis dan coding dasar. Coding tetap penting meskipun lebih mudah dipelajari sekarang,” tambahnya.
Feris menekankan bahwa ekosistem AI tidak mengenal istilah late player. Selama ada riset mendalam dan kemasan produk yang kuat, pemain baru tetap bisa merebut pangsa pasar. Bahkan, bagi mereka yang punya modal dan jaringan lebih besar, membangun produk tandingan setara ChatGPT atau Gemini bukanlah mimpi mustahil.
Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, mengatakan bahwa Indonesia dengan populasi lebih dari 280 juta jiwa membutuhkan literasi digital dan pengembangan talenta agar siap memanfaatkan AI.
“Selain literasi digital, kampus-kampus juga harus punya use case tertentu. Udayana, misalnya, tepat memilih fokus pada budaya dan pariwisata karena lokasinya di Bali,” ujar Meutya di Aula Universitas Udayana, Denpasar, akhir Agustus lalu.
Meski begitu, Meutya mengingatkan masih ada pekerjaan rumah besar, mulai dari pemerataan konektivitas hingga regulasi. Pemerintah tengah menyiapkan roadmap AI nasional serta peraturan terkait etika dan keamanan agar pemanfaatan AI berjalan aman, inklusif, dan bermanfaat.
Berbagai Model Bisnis AI
Peluang bisnis AI kian luas, mencakup lintas sektor. Beberapa yang terbuka untuk menjadi peluang bisnis baru di antaranya Adalah AI as a Service (AIaaS) yang menyediakan platform siap pakai seperti chatbot, analisis data, atau computer vision. Ada pula produk Chatbot & Virtual Assistant, yaitu solusi AI untuk layanan pelanggan, kesehatan, edukasi, hingga UMKM.
Generative AI: Untuk memudahkan pembuatan teks, gambar, musik, hingga video otomatis, ada aplikasi Generative AI. Ada pula pemanfaatan AI untuk analisis Data dan Prediksi yang bisa membantu bisnis memutuskan strategi lewat prediksi penjualan, tren, atau risiko kredit.
Di ranah e-commerce & Retail. AI bisa dimanfaatkan untuk personalisasi rekomendasi produk, harga dinamis, hingga pencarian visual. Di bidang Kesehatan, Ai kini telah dimanfaatkan untuk melakukan diagnostik berbasis citra medis, monitoring pasien real-time, hingga asisten farmasi pintar.
Untuk Keamanan Siber, teknologi AI digunakan untuk mendeteksi serangan digital, fraud, atau phishing lebih cepat. Kecerdasan buatan juga sudah merambah dunia Pendidikan sebagai guru virtual, sistem ujian adaptif, hingga konten belajar interaktif.
Nah, untuk UMKM, AI bisa menjadi solusi praktis seperti pembukuan otomatis, manajemen stok, hingga promosi digital. Di Industri Kreatif Lokal, AI telah dimanfaatkan untuk membantu mengembangkan motif batik, desain kemasan, alih bahasa, hingga tur wisata virtual.
Selain itu, jika anda cukup mahir IT, terdapat peluang lebih spesifik bagi developer, seperti Custom AI Solutions Developer, yaitu solusi tailored untuk retail, bank, atau manufaktur. Ada pula AI Platform & API Provider yang menyediakan API lokal, misalnya speech-to-text bahasa Indonesia. Ada pula teknologi Vertical AI Products yang fokus ke sektor tertentu seperti agritech, kesehatan, atau logistik. Atau juga AI Infrastructure & Tools, yaitu model ringan untuk ponsel/IoT dan open-source berbasis data lokal, dan masih banyak lagi potensi pengembangan lainnya.
Menuju Era AI
Dengan dukungan kebijakan pemerintah, praktisi dan expert di bidang AI, akademisi, serta semangat inovasi startup membuka jalan lebar bagi ekosistem AI di Indonesia. Tantangannya adalah mendorong peningkatan literasi digital, pemerataan infrastruktur, serta regulasi yang tepat. Namun di balik itu, terbentang peluang bisnis yang luas — mulai dari jasa sederhana hingga pengembangan platform global.
Seperti disampaikan Feris Thia, kesempatan ini masih “sangat awal dan bisa diraih.” Bagi anak muda kreatif, pelaku startup, maupun korporasi besar, kini saat yang tepat untuk menangkap momentum dan ikut mewarnai masa depan AI di Indonesia.
Pengembangan kecerdasan imitasi membuka pintu untuk masuk ke dunia baru. Seperti juga tahapan evolusi yang sebelum-sebelumnya, hanya yang siap berkompetisi yang akan bertahan hidup. Kita lebih mengenalnya sebagai seleksi alam. (drp)