
PeluangNews, Jakarta – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar meminta masyarakat menjadikan ujung tahun sebagai momentum refleksi spiritual dan penguatan nilai empati di tengah bencana yang terjadi di Sumatra.
“Solidaritas dan empati adalah wujud nyata ajaran Alquran. Saat saudara kita tertimpa musibah, kehadiran dan bantuan kita, sekecil apa pun, sangat berarti,” kata Nasaruddin dalam keterangannya, Sabtu (27/12/2025).
Menag yang juga seorang ulama itu mengingatkan masyarakat untuk menghindari euforia berlebihan yang minim makna dalam perayaan di akhir tahun 2025.
Akhir tahun, lanjut Nasaruddin, seharusnya menjadi waktu untuk melakukan muhasabah, memperkuat kedekatan kepada Allah SWT, serta meneguhkan komitmen kebangsaan.
Alquran memberikan pedoman agar setiap momentum kehidupan dimaknai secara bijak dan produktif.
“Penghujung tahun ini mari kita isi dengan refleksi, doa, dan kegiatan yang membawa keberkahan. Jangan dihabiskan dengan hura-hura yang tidak memberi manfaat bagi diri, masyarakat, maupun bangsa,” ujar Nasaruddin.
Dia mengimbau agar sebagian rezeki disalurkan kepada saudara-saudara yang tertimpa musibah, khususnya masyarakat di tiga provinsi terdampak banjir bandang dan longsor.
Menag berharap bangsa Indonesia senantiasa dilindungi dari perpecahan, diberi kekuatan untuk menjaga persatuan, serta dianugerahi kehidupan berbangsa yang rukun dan harmonis.
“Kerukunan dan kedamaian adalah modal utama pembangunan bangsa. Kita mohon kepada Allah SWT agar Indonesia selalu berada dalam lindungan-Nya, damai, bersatu, dan maju,” ucap Menag Nasaruddin.
Di sisi lain, Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB melaporkan korban meninggal dunia akibat banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat bertambah menjadi 1.137 orang pada Jumat (26/12/2025).
Jumlah korban meninggal bertambah usai ditemukannya dua jenazah pada Jumat di Aceh dan Sumatra Barat. Rinciannya, 504 korban meninggal dunia di Aceh, 371 di Sumatra Utara, dan 262 di Sumatra Barat.
Banjir bandang dan tanah longsor di Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat mulai terjadi pada 24 November 2025.
Pemerintah pusat hingga kini belum menetapkan bencana di tiga provinsi itu sebagai bencana nasional. Dan menolak bantuan dari berbagai negara dengan alasan pemerintah mampu mengatasinya sendiri. []








